Postingan

Merantau di Usia Matang: Sebuah Refleksi tentang Perubahan, Kesempatan, dan Keberkahan

Tidak semua orang mengalami pengalaman pertama di usia muda. Bagi sebagian orang, justru “pertama kalinya” datang setelah melewati seperempat abad masa kerja, di usia menjelang lima puluh tahun—ketika hidup terasa sudah stabil, ritmenya bisa ditebak, dan kenyamanan telah menjadi kebiasaan. Namun mutasi pekerjaan kali ini mengubah banyak hal. Bukan sekadar berpindah tempat kerja, tapi juga berpindah cara hidup. Untuk pertama kalinya, saya harus ngekos. Setelah sekian lama menjalani hidup dari rumah—kuliah dari rumah, menikah dan membesarkan anak di rumah sendiri, bekerja dari kota ke kota namun selalu kembali ke pelukan keluarga—kini saya belajar hidup mandiri di luar zona nyaman. Cianjur menjadi ladang baru. Kota yang dulu hanya dilewati kini harus dipelajari, dipahami, dan dimaknai sebagai tempat beraktivitas, membangun koneksi, serta menjemput rezeki. Banyak yang mungkin menganggap merantau adalah hal biasa. Tapi bagi sebagian lainnya, terutama yang terbiasa hidup dalam kehangatan...

Selat Hormuz Tak Lagi Strategis? Jalur Sutra Modern Iran–China Mengubah Peta Geopolitik

Selama puluhan tahun, Selat Hormuz menjadi urat nadi ekonomi global. Sekitar 20% dari perdagangan minyak dunia melewati jalur sempit ini. Tak heran jika Amerika Serikat menempatkan kekuatan militernya secara intensif di kawasan tersebut. Bukan hanya untuk menjamin kelancaran energi global, tetapi juga sebagai bagian dari strategi tekanan terhadap negara-negara seperti Iran. Namun, peran strategis Selat Hormuz tampaknya mulai tergeser. Iran, yang selama ini menjadi target sanksi ekonomi dan embargo Barat, kini membuka jalur baru yang dapat mengubah keseimbangan kekuatan: kereta api langsung ke China . Jalur darat ini bukan sekadar proyek infrastruktur, melainkan bagian dari transformasi geopolitik global yang lebih besar — sebuah Jalur Sutra era modern. Jalur Darat Iran–China: Alternatif dari Laut Jalur kereta api ini melewati sejumlah negara Asia Tengah seperti Kazakhstan, Kyrgystan, Turkmenistan, dan Uzbekistan, lalu menghubungkan Iran dengan China. Selain mempercepat waktu pengirim...

Jangan lupa Tinggikan Adabmu

Belum ada lama, ada cacian yang sangat menghinakan di media sosial berkenaan dengan hubungan sesama. Entah mengapa cacian ini di upload di media sosial. Banyak pihak yang melihat, mendengar. Boleh benci, sewajarnya dan boleh mencintai atau menyukai sewajarnya saja. Kadang jadi berpikir apakah tidak pernah diajarkan adab dalam berbicara. Agama dan kepercayaan apapun mengajarkan itu kepada setiap umatnya.  Kepada anak-anak kita, jangan lupa untuk mengingatkan mereka agar tidak terlalu meninggikan asal-usulnya, baik suku, agama, ras dan apapun itu. Saya katakan, “Kamu bisa saja lahir di tempat yang mulia atau sederhana, tapi kelak kamu akan melalang buana ke berbagai penjuru negeri. Dan di sanalah, asalmu tidak lagi menjadi penentu, melainkan bagaimana kamu bersikap dan membawa diri.” Kita tidak pernah bisa memilih lahir dari rahim siapa, dalam keluarga seperti apa, di daerah mana dan dalam agama apa. Namun kita bisa memilih menjadi manusia seperti apa. Dunia hari ini membutuhkan leb...

Skema Ponzi dalam Kedok Koperasi — Antara Literasi dan Janji Palsu

Skema Ponzi dalam balutan koperasi bukan hal baru, dan ironisnya, terus terulang. Setiap kali satu kasus mencuat ke permukaan—dana anggota digelapkan, pengurus kabur, atau koperasi dibekukan—masyarakat seolah terkejut, tapi tak lama kemudian muncul koperasi baru dengan tawaran menggiurkan yang sama. Lingkaran ini terus berputar. Yang terbaru kasus sebuah koperasi dari magelang. Mirip dengan kejadian yang dari Salatiga.  Mengapa bisa berulang? Ada tiga faktor utama. Pertama, literasi keuangan masyarakat masih rendah . Banyak anggota koperasi bahkan tidak tahu cara membaca laporan keuangan atau memahami rasio kewajaran imbal hasil. Yang mereka tahu hanyalah: “Kalau saya setor sekian, saya akan dapat lebih banyak dalam waktu cepat.” Di sinilah jebakan dimulai—janji imbalan besar menjadi umpan manis bagi banyak orang. Kedua, pengawasan pemerintah seringkali lemah dan reaktif , bukan preventif. Ketika kasus besar mencuat, barulah tindakan diambil. Tapi sebelumnya? Koperasi-koperasi se...

Timur Tengah: Rumah Umat yang Terpecah oleh Kepentingan dan Warisan Luka

Timur Tengah adalah tanah kelahiran para nabi, pusat sejarah Islam, dan rumah bagi Ka'bah serta Masjidil Aqsa. Negara asal agama-agama samawi. Namun ironisnya, ia juga menjadi wilayah dengan tingkat konflik dan perpecahan tertinggi di antara negara-negara Islam dan negara-negara lain yang memiliki kepentingan lainnya.  Mulai dari perang saudara, invasi, kudeta, hingga proxy war antar sekutu asing — Timur Tengah telah berubah dari simbol kejayaan Islam menjadi medan perseteruan tanpa akhir. Warisan Perpecahan: Dari Kekhalifahan ke Negara-Negara Lemah Setelah runtuhnya Khilafah Utsmaniyah pasca Perang Dunia I, wilayah Timur Tengah dipetak-petakkan oleh kekuatan kolonial Barat: Perjanjian Sykes-Picot membagi tanah Arab menjadi zona kekuasaan Prancis dan Inggris. Negara-negara baru lahir — Irak, Suriah, Yordania, Lebanon, dan lainnya — bukan berdasarkan ikatan agama atau sejarah bersama , tapi berdasarkan kepentingan geopolitik kolonial. Inilah akar dari banyak krisis yang muncul ...

Audit Pihak Ketiga Pada Koperasi, Sebuah Wacana

Audit oleh pihak ketiga yang kompeten adalah salah satu langkah krusial untuk mengatasi masalah koperasi, terutama terkait transparansi dan akuntabilitas. Berikut penjelasannya: Mengapa Audit Pihak Ketiga Penting: Objektivitas dan Independensi Auditor eksternal tidak terlibat dalam operasional koperasi, sehingga hasil auditnya lebih objektif dan tidak bias. Mengungkap Masalah Keuangan Audit dapat mengidentifikasi penyimpangan penggunaan dana, potensi fraud, hingga ketidaksesuaian dalam pencatatan keuangan. Meningkatkan Kepercayaan Anggota Laporan audit yang independen memberikan rasa aman bagi anggota koperasi atas pengelolaan dana mereka. Memenuhi Persyaratan Regulasi Beberapa koperasi diwajibkan oleh undang-undang atau peraturan untuk diaudit secara berkala. Sebagai Dasar Pengambilan Keputusan Hasil audit menjadi dasar untuk perbaikan manajemen, perencanaan keuangan, dan evaluasi kinerja pengurus. Kriteria Pihak Ketiga yang Kompeten: Terdaftar dan memiliki i...

Ilmu Padi: Rendah Hati dan Ketangguhan yang Diam

Dalam dunia yang penuh hiruk pikuk, sering kali kita terjebak dalam gemerlap pencapaian dan gelar. Namun, ada satu filosofi sederhana dari alam yang mengajarkan kebijaksanaan luar biasa: ilmu padi. “Semakin berisi, semakin merunduk.” Begitulah ungkapan yang kita warisi dari generasi ke generasi. Padi yang matang dan kaya isi justru membungkuk, tidak menengadah angkuh ke langit. Namun, filosofi ini tidak berhenti pada sikap rendah hati. Ada pelajaran kedua yang lebih dalam—padi yang merunduk itu pada akhirnya dipotong, gabahnya diambil, batangnya ditinggal. Ia tidak menjerit, tidak memberontak, tidak mempertanyakan nasibnya. Ia hanya mencoba satu hal: bertahan hidup dan bertunas kembali. Dalam diamnya, ia menunjukkan ketangguhan yang luar biasa. Manusia yang berilmu, layaknya padi, seharusnya tidak hanya rendah hati, tetapi juga kuat menghadapi ujian hidup. Ia tidak mencari pengakuan dengan suara lantang, tetapi membuktikan nilainya melalui ketekunan dan manfaat yang ia berikan. Ketik...