Postingan

Skema Ponzi dan Iman yang Tergadai oleh Janji Manis

Salah satu alasan mengapa banyak orang terjebak dalam investasi bodong adalah karena daya tarik skema Ponzi yang begitu menggiurkan. Janji return tinggi dan cepat membuat banyak orang gelap mata. Padahal, jika ditelusuri lebih jauh, tidak pernah jelas dari mana keuntungan itu berasal. Skema Ponzi bekerja dengan pola sederhana: uang dari anggota baru digunakan untuk membayar keuntungan kepada anggota lama. Tidak ada kegiatan usaha yang nyata. Tidak ada nilai tambah yang diciptakan. Semuanya hanyalah ilusi pertumbuhan yang pada akhirnya akan runtuh, karena jumlah orang yang dibutuhkan untuk menjaga sistem terus berjalan akan semakin besar — dan itu mustahil dipertahankan dalam jangka panjang. Ironisnya, iming-iming ini justru sering dikemas secara profesional: dengan kantor megah, seminar motivasi, testimoni para "korban yang belum sadar", hingga simbol-simbol religius untuk menumbuhkan rasa percaya. Dalam banyak kasus, kepercayaan bukan hanya diberikan secara finansial, teta...

Penyesalan datang di belakang

Perasaan yang sangat umum dialami banyak orang terhadap penyesalan yang datang di belakang.  Dulu, saat masih SD atau SMP, hidup terasa seperti rutinitas: datang ke sekolah, mengerjakan PR, lalu pulang. Semua dijalani sebatas kewajiban, bukan karena memahami tujuan. Saat SMA, mulai terasa sedikit kesadaran. Ada momen nongkrong dengan teman, belajar pun mulai lebih serius — sedikit demi sedikit muncul keinginan untuk jadi seseorang, walau belum jelas siapa. Lalu kuliah pun datang. Harapan baru terbuka, tapi seringkali kita hanya menjalani yang penting lulus. Nilai akademik biasa saja, semangat pun naik turun. Fokus lebih banyak ke organisasi, teman, atau sekadar bertahan hidup di kota perantauan. Namun semua itu akan terasa ketika dunia kerja datang. Saat tanggung jawab mulai menumpuk, tekanan hidup datang dari segala arah, dan kompetisi tak kenal ampun. Di titik itulah sering muncul penyesalan: "Andai dulu aku belajar lebih giat..." "Andai aku manfaatkan waktu lebi...

Belajar dari Kasus Investasi Bodong yang Terus Terulang

Sudah tak terhitung lagi jumlah kasus investasi yang merugikan masyarakat. Mulai dari investasi berkedok koperasi, hingga platform digital yang menawarkan imbal hasil tinggi dengan dalih "legal dan terpercaya". Ironisnya, meski berbagai berita dan peringatan sudah tersebar luas, kasus serupa tetap berulang. Ketika sebuah skema investasi sedang naik daun dan banyak orang terlihat "berhasil", yang terjadi justru sebaliknya: logika dikalahkan oleh nafsu keuntungan. Dalam situasi seperti ini, siapapun yang mencoba memberi peringatan sering dianggap penghalang rezeki atau bahkan dicap sebagai orang yang iri. Sayangnya, kesadaran itu baru datang setelah semuanya terlambat. Ketika aliran dana mulai macet, ketika janji manis mulai berganti alasan dan penundaan, barulah perlahan muncul rasa menyesal. Sayangnya, penyesalan itu tak bisa membeli kembali uang yang hilang. Sudah saatnya kita belajar lebih dalam, bukan hanya dari teori investasi yang sehat, tapi dari kisah nyat...

Waktu Lebih Mahal dari Uang

Sering kita dengar ungkapan, “waktu adalah uang.” Tapi semakin dewasa, saya justru semakin yakin bahwa ungkapan itu salah—atau setidaknya kurang tepat. Karena dalam kenyataannya, waktu jauh lebih mahal daripada uang. Bayangkan ini: seseorang memiliki kekayaan triliunan rupiah di usia 70 tahun. Dengan tubuh yang sudah renta, tenaga yang terbatas, dan waktu yang tak lagi panjang. Lalu datang tawaran: “Tukarkan semua uangmu, dan kamu akan kembali ke usia 20 tahun.” Saya yakin, banyak orang akan menyetujuinya tanpa ragu. Kenapa? Karena uang sebanyak apa pun tak bisa membeli ulang masa muda, kesehatan, atau kesempatan yang telah lewat. Inilah yang seharusnya menjadi pengingat bagi kita yang masih memiliki waktu, tenaga, dan usia produktif: jangan menukar semuanya hanya untuk mengejar uang. Terlalu banyak orang menghabiskan masa mudanya bekerja keras siang dan malam demi mengumpulkan harta, lalu di usia senja mengeluarkan semua harta itu demi mengobati tubuh yang sakit, membayar waktu yan...

Khatmul Qur’an Angkatan 27 SDIT Ummul Quro Bogor

Gambar
Di tengah zaman yang penuh hiruk-pikuk dan disrupsi moral, menyaksikan anak-anak kecil menamatkan bacaan Al-Qur’an bukan sekadar peristiwa biasa. Ia adalah secercah harapan di tengah krisis teladan. Acara Khatmul Qur’an Angkatan 27 SDIT Ummul Quro Bogor dilaksanakan tanggal 14 Juni 2025, diikuti sebanyak 150 siswa dan siswi kelas 6 SDIT Ummul Quro. Kegiatan ini digelar di Aula SMAIT Ummul Quro menjadi bukti nyata bahwa cahaya itu masih ada, dan terus menyala. Tema yang diusung tahun ini, "Lanjutkan Perjuangan, Raih Kemuliaan Menjadi Ahlul Qur’an," bukan sekadar slogan. Ia adalah seruan kepada setiap jiwa, baik yang muda maupun yang tua, untuk menjadikan Al-Qur’an bukan hanya sebagai bacaan, tapi sebagai pedoman dan jalan hidup. Bahwa perjuangan menjadi bagian dari Ahlul Qur’an tidak berhenti di ujung wisuda, tapi justru baru dimulai. Sebagai orang tua, menyaksikan anak kami—anak kelima dalam keluarga—menjadi bagian dari momen sakral ini, adalah kebahagiaan yang tak tergan...

Koperasi atau Kedok Penipuan? Waspadai Skema Ponzi Berkedok Koperasi

Koperasi sejak lama dikenal sebagai soko guru perekonomian rakyat. Ia lahir dari semangat gotong royong, saling percaya, dan berbagi manfaat di antara anggota. Namun kini, sayangnya, nama baik koperasi semakin tercoreng oleh praktik-praktik manipulatif yang mengatasnamakan koperasi hanya sebagai kedok investasi ilegal . Salah satu kasus yang mulai mencuat adalah Koperasi Buana Lintas Nusantara. Koperasi yang berlokasi di Jawa Tengah ini, khususnya wilayah Salatiga dan Boyolali, menghebohkan publik dengan adanya indikasi penipuan investasi.  Dengan jumlah anggota yang diklaim mencapai 40 ribu orang dan modal hingga lebih dari 3 triliun rupiah, koperasi ini tampak megah dari luar. Unit usahanya pun banyak—lebih dari 24 jenis usaha mulai dari showroom mobil, agen travel, hingga properti. Namun di balik tampilan luar itu, muncul pertanyaan serius: apakah benar ini koperasi sehat, atau sekadar skema ponzi terselubung? Indikasi koperasi yang sehat adalah Pertama, koperasi ini memiliki ...

Kita Semua Sedang Kehabisan Waktu

Setiap manusia yang lahir ke dunia, sejatinya sedang berjalan menyusuri waktu yang terus berkurang. Ini bukan hal yang kita sadari setiap hari, karena kesibukan dan rutinitas sering menutupi kenyataan bahwa waktu adalah sumber daya yang tak bisa diperbarui. Ia tidak bertambah, hanya berkurang. Setiap hari yang kita lewati, bukanlah penambahan umur, melainkan pengurangan jatah hidup. Tubuh yang dulunya kuat perlahan menjadi ringkih. Kita menjadi seperti komputer yang usang: butuh servis, perbaikan, bahkan penggantian suku cadang agar tetap bisa berfungsi. Obat-obatan, terapi, operasi—semua upaya kita untuk memperpanjang fungsi fisik, agar raga bisa terus berjalan walau tidak lagi sempurna. Namun menariknya, ada satu hal yang membuat manusia berbeda dari sekadar mesin: nyawa, atau lebih tepatnya, jejak yang kita tinggalkan. Ketika komputer rusak dan tak bisa lagi digunakan, data di dalamnya masih bisa diakses—ia menyimpan memori, catatan, file penting. Demikian juga manusia. Ketika rag...