Rasa Aman yang Memudar di Tengah Gejolak Sosial
Dalam teori hierarki kebutuhan dasar yang diperkenalkan Abraham Maslow, terdapat tahapan yang harus dipenuhi oleh manusia untuk mencapai kesejahteraan hidupnya. Setelah kebutuhan fisiologis seperti makan, minum, dan istirahat terpenuhi, kebutuhan berikutnya yang tidak kalah penting adalah rasa aman. Rasa aman inilah yang menjadi pondasi bagi seseorang untuk dapat menjalani kehidupan dengan tenang, membangun hubungan sosial, dan menumbuhkan rasa percaya pada lingkungannya.
Namun, ketika rasa aman terganggu, seluruh struktur kebutuhan manusia seakan goyah. Peristiwa demonstrasi yang berujung anarkis dan penjarahan kemarin menjadi contoh nyata bagaimana satu peristiwa sosial dapat meruntuhkan rasa aman masyarakat. Korban langsung tentu merasakan luka, kerugian, bahkan trauma. Tetapi dampaknya tidak berhenti di situ. Mereka yang tidak menjadi korban langsung pun ikut merasakan bayangan ketakutan. Ada perasaan cemas yang mengendap di benak banyak orang: hari ini mungkin rumah atau toko orang lain yang dijarah, tetapi siapa yang bisa menjamin bahwa esok bukan rumah atau keluarga mereka yang menjadi sasaran?
Rasa cemas ini merembes ke sendi-sendi kehidupan masyarakat. Perlahan tapi pasti, rasa percaya antarwarga menurun. Orang menjadi curiga terhadap lingkungan sekitar, lebih waspada bahkan kepada sesama. Kepercayaan kepada aparat keamanan pun bisa terkikis ketika masyarakat merasa perlindungan yang mereka butuhkan tidak hadir tepat pada waktunya. Padahal, rasa percaya adalah modal sosial yang sangat penting bagi keberlangsungan kehidupan bersama. Tanpa rasa percaya, masyarakat bisa berubah menjadi kelompok yang individualis, tertutup, dan defensif.
Ketika rasa aman memudar, kita pun melihat dampak psikologis dan sosial yang lebih luas. Warga lebih sulit memusatkan perhatian pada kebutuhan sosial seperti kebersamaan, solidaritas, atau gotong royong. Mereka cenderung menutup diri dan lebih memikirkan keselamatan pribadi. Bahkan kebutuhan untuk berkembang, dihargai, dan mengaktualisasikan diri bisa tertunda karena pikiran terus dipenuhi rasa khawatir. Inilah efek domino yang dikhawatirkan dari setiap gejolak sosial yang tidak terkendali.
Oleh karena itu, penting bagi semua pihak—baik pemerintah, aparat, maupun masyarakat—untuk menjaga agar rasa aman tetap terpelihara. Aparat perlu hadir tidak hanya sebagai penjaga keamanan, tetapi juga sebagai penjamin rasa tenang bagi warga. Sementara masyarakat perlu mengingat bahwa tindakan anarkis tidak pernah membawa solusi, justru meninggalkan luka sosial yang panjang. Kita semua memiliki tanggung jawab untuk memastikan bahwa kebutuhan dasar berupa rasa aman ini tidak runtuh, karena dari situlah kepercayaan tumbuh dan kehidupan bersama bisa berjalan harmonis.