Antara Ampunan dan Karma

Dalam ajaran Islam, dosa sebesar apa pun akan diampuni oleh Allah, selama hamba-Nya benar-benar bertaubat. Inilah letak keagungan rahmat Allah, yang tidak pernah menutup pintu kembali bagi manusia. Namun, sayangnya justru di sinilah letak persoalan: banyak orang salah paham, lalu merasa ringan berbuat dosa karena beranggapan “toh nanti Allah Maha Pengampun.” Padahal, ampunan itu bukan tanpa syarat. Taubat yang sesungguhnya menuntut penyesalan, perbaikan diri, dan pengembalian hak jika menyangkut orang lain. Tanpa itu, pengampunan hanyalah angan-angan.

Berbeda dengan konsep karma yang dikenal dalam ajaran lain, setiap perbuatan buruk pasti berbalik pada diri pelakunya, cepat atau lambat. Konsep ini menimbulkan rasa hati-hati, karena orang sadar bahwa kejahatan sekecil apa pun akan ada akibatnya. Dalam Islam pun sebenarnya ada prinsip serupa: siapa berbuat baik, kebaikan itu untuk dirinya; siapa berbuat buruk, keburukan itu kembali kepadanya. Bedanya, Islam menambahkan pintu rahmat dan kesempatan untuk memperbaiki diri, bukan hanya sekadar menerima akibat.

Maka, menganggap ampunan Allah sebagai “jaminan kebebasan berbuat dosa” jelas sebuah kesalahan besar. Justru keimanan yang benar menumbuhkan rasa takut berbuat salah, sekaligus harapan besar untuk selalu dimaafkan bila khilaf. Bila kita jujur pada diri sendiri, sebenarnya manusia tidak butuh alasan untuk meremehkan dosa, melainkan dorongan untuk terus waspada, sebab balasan Allah itu pasti, sementara ampunan-Nya menuntut kesungguhan.

Postingan populer dari blog ini

Parkir Kendaraan Bermotor di Stasiun Bogor

SMK SMAKBO baru

Durian Kabupaten Purworejo