Ketika Influencer Bungkam dan Demo Menelan Korban

Fenomena influencer hari ini semakin gamblang: yang diangkat hanyalah isu yang menguntungkan dirinya. Selama bisa fyp, menambah followers, meningkatkan likes dan jumlah tayangan, maka isu itu akan jadi konten. Namun, jika tidak ada nilai jual, meski menyangkut nyawa manusia, akan dibiarkan sunyi. 

Inilah wajah baru dunia maya: kepedulian diukur dengan algoritma, bukan dengan nurani.

Demo belakangan di Makassar yang menelan korban nyawa, nyaris tak terdengar gaungnya. Mengapa? Karena korban bukan ojol, bukan pula polisi yang bisa “dijadikan bahan dramatisasi.” Tragisnya, yang muncul justru komentar kejam: “kenapa juga malam masih kerja?” Naudzubillah. 

Demo memang hak rakyat, tapi harus dijalankan dengan tertib dan damai. Begitu berubah menjadi anarkis dan menimbulkan korban, maka pelakunya harus bertanggung jawab. Nyawa yang hilang bukan sekadar angka. Itu adalah manusia dengan keluarga, dengan harapan, dengan masa depan. Dan hukum kehidupan berlaku: apa pun keburukan yang ditabur, akan kembali pada pelaku, entah pada dirinya, keluarganya, bahkan anak keturunannya.

Jangan sampai demokrasi kita dirusak oleh wajah muram: demo yang anarkis di jalanan, dan sikap masa bodoh di dunia maya. Kedua-duanya adalah luka bagi bangsa.

Postingan populer dari blog ini

Parkir Kendaraan Bermotor di Stasiun Bogor

SMK SMAKBO baru

Durian Kabupaten Purworejo