Tentang Rumah Dinas
Tadi siang, kedatangan tamu ke kantor. Info dari pak satpam, beliau adalah penghuni Rumah Dinas. Kok, tumben, ada penghuni rumah Dinas yang datang.
Beliau mengenalkan diri, anak dari salah satu penghuni rumah dinas. Bapaknya, penghuni rumah dinas, namun telah meninggal dunia. Sudah lama meninggalnya. Kemudian rumah dinas tersebut dihuni salah satu anaknya, yang juga telah meninggal dunia, beberapa waktu yang lalu. Sehingga rumah dinas itu dalam keadaan kosong.
Kami menanyakan selama ini Bapak tinggal dimana, katanya di bojong. Hanya sesekali saja datang ke rumah dinas tersebut.
Beliau datang karena adanya pemutusan hubungan listrik oleh PLN di rumah Dinas tersebut. Beliau meminta untuk disambungkan kembali karena pihak PLN meminta pihak kantor yang mengajukan pemasangan sambungan lagi.
Beliau meminta ijin untuk tinggal sementara di rumah dinas itu. Terus terang kami tidak dapat memenuhinya.
Akhirnya berdebat, panjang kali lebar mengenai siapa saja yang berhak menghuni rumah dinas, kewajiban penghuni, dan kapan selesai waktu menghuninya. Namun ya, jadinya debat kusir. Tidak ada kesimpulannya.
Sampai menjelang ashar, beliau ijin pulang.
Penghunian rumah Dinas oleh yang bukan berhak seperti nya masih akan terus menjadi salah satu permasalahan yang akan ada dia setiap kantor.
Akhirnya banyak pegawai yang masih aktif tidak dapat menempati rumah dinas karena dihuni pensiunan, anak pensiunan bahkan bisa jadi anaknya anak.
Padahal kalau secara logika, harusnya pegawai dapat membeli rumah sendiri karena ada pegawai yang lain bisa membelinya.Pegawai dengan pangkat dan golongan yang lebih rendah mampu membelinya, tentunya dengan bentuk rumah yang sesuai budgetnya.
Ini karena adanya kemauan untuk membeli dan kemampuan yang disesuaikan dengan kondisi keuangan. Tidak mesti besar, bagus dan dekat kota. Tapi bisa terbeli rumah sendiri.
Intinya adalah mampu dan mau.
Saya jadi berpikir apakah menempati rumah yang seharusnya bukan hak nya lagi termasuk dalam dosa? Lalu apakah bisa juga disebut memiliki utang yang harus segera dipenuhi anak keturunannya?
Entah lah, hanya Tuhan yang maha tahu.