Hanya Satu Kendaraan Yang Kita Gunakan
Dalam kehidupan modern, banyak dari kita terjebak dalam ilusi bahwa semakin banyak harta, maka semakin besar pula kebahagiaan yang akan diraih. Namun jika direnungkan dengan jernih, kenyataannya tidaklah sesederhana itu. Kaya atau miskin, setiap manusia tetap hidup dalam batasan yang sama—satu tubuh, satu pikiran, dan satu waktu yang terus berjalan tanpa henti.
Bayangkanlah Bill Gates, salah satu orang terkaya di dunia. Dengan seluruh kekayaan triliunannya, dia tetap hanya bisa duduk di satu kursi saat bepergian, tidur di satu ranjang saat malam, dan makan dari satu piring dalam sekali waktu. Begitu pula kita semua. Ada batas alami dalam kenyamanan dan konsumsi manusia yang tak bisa dilewati, seberapa pun besar kemampuan finansial kita.
Setelah kebutuhan dasar terpenuhi—makan, tidur, tempat tinggal—perbedaan antara si kaya dan si miskin dalam menikmati hidup tidak lagi terlalu mencolok. Yang membedakan hanyalah rasa cukup (qonaah), syukur, dan kesadaran akan batas diri. Inilah sumber kebahagiaan yang sesungguhnya—bukan pada jumlah harta, tetapi pada kemampuan untuk merasa puas dengan yang ada.
Kesederhanaan bukanlah simbol kekurangan. Ia adalah wujud kebijaksanaan, pengingat bahwa hidup tidak harus dijalani dengan berlebihan. Kita tak perlu memiliki segalanya untuk merasa cukup. Kita hanya perlu satu kendaraan untuk menempuh satu perjalanan hidup—hari ini, di sini, sekarang.