Jangan lupa Tinggikan Adabmu
Belum ada lama, ada cacian yang sangat menghinakan di media sosial berkenaan dengan hubungan sesama. Entah mengapa cacian ini di upload di media sosial. Banyak pihak yang melihat, mendengar. Boleh benci, sewajarnya dan boleh mencintai atau menyukai sewajarnya saja. Kadang jadi berpikir apakah tidak pernah diajarkan adab dalam berbicara. Agama dan kepercayaan apapun mengajarkan itu kepada setiap umatnya.
Kepada anak-anak kita, jangan lupa untuk mengingatkan mereka agar tidak terlalu meninggikan asal-usulnya, baik suku, agama, ras dan apapun itu. Saya katakan, “Kamu bisa saja lahir di tempat yang mulia atau sederhana, tapi kelak kamu akan melalang buana ke berbagai penjuru negeri. Dan di sanalah, asalmu tidak lagi menjadi penentu, melainkan bagaimana kamu bersikap dan membawa diri.”
Kita tidak pernah bisa memilih lahir dari rahim siapa, dalam keluarga seperti apa, di daerah mana dan dalam agama apa. Namun kita bisa memilih menjadi manusia seperti apa. Dunia hari ini membutuhkan lebih banyak manusia yang menjunjung tinggi adab, bukan sekadar ilmu. Karena ilmu yang tinggi tanpa adab hanya akan menjadi alat pembenar, bukan pembawa kebaikan.
Saya juga tak lelah mengingatkan agar anak-anak tidak terlalu meninggikan agama secara simbolik, karena sejarah dan kenyataan hari ini menunjukkan: begitu banyak orang yang mengaku taat beragama, tapi masih mudah membenci saudaranya sendiri hanya karena berbeda pandangan. Tak jarang, dari lisan yang rajin menyebut nama Tuhan justru meluncur makian, hinaan, bahkan hasutan kekerasan.
Agama, sejatinya, bukan atribut untuk pamer atau simbol untuk menghakimi. Agama adalah pakaian, pelindung diri dari kotoran dunia, bukan senjata untuk melukai sesama. Takwa bukan sesuatu yang bisa ditakar oleh orang lain, karena ia adalah ruang sunyi antara manusia dan Tuhannya. Maka jika hari ini kita masih menjadikan agama sekadar identitas di KTP, lalu menunda pengamalan hingga tua, apakah kita benar-benar memahami maknanya?
Jangan habiskan energi untuk membalas setiap cibiran atau penilaian orang lain. Biarkan mereka bicara, menilai, bahkan meremehkan. Karena pada akhirnya, hidupmulah yang akan menjawab semuanya.
Menjadi manusia yang menjunjung adab, tidak merasa paling benar, dan tetap rendah hati—itulah yang akan membuatmu bertahan, dihormati, dan bermakna.