Perang dan Dalih Kemanusiaan yang Menyesatkan

Di zaman yang mengklaim dirinya modern dan beradab, ironi terbesar umat manusia adalah fakta bahwa perang masih terus terjadi. Dengan teknologi yang kian canggih, justru kehancuran yang ditimbulkan semakin brutal. Di balik bom pintar dan serangan presisi, tetap saja nyawa manusia—yang tak berdosa dan tak bersenjata—jadi korban utamanya.

Perang tidak lagi sekadar konflik bersenjata antar negara. Kini ia hadir dalam wajah yang lebih kompleks: intervensi kemanusiaan, perang melawan teror, atau operasi militer demi stabilitas kawasan. Dalihnya terdengar luhur, tapi di baliknya sering tersembunyi kepentingan ekonomi, geopolitik, dan kekuasaan. Minyak, jalur perdagangan, aliansi politik, bahkan pasar senjata menjadi motivasi yang tak pernah diumumkan secara jujur.

Penderitaan rakyat sipil selalu dijadikan alasan untuk campur tangan, tapi mereka jugalah yang pertama kali kehilangan rumah, keluarga, dan masa depan. Anak-anak kehilangan sekolah, perempuan kehilangan tempat aman, dan pria kehilangan pekerjaan—semuanya kehilangan harapan.

Kita harus mulai mempertanyakan, bukan hanya pihak yang melancarkan perang, tapi juga narasi yang membungkusnya. Apakah benar perang membawa keadilan? Atau justru menciptakan generasi baru yang tumbuh dalam trauma dan dendam?

Selama dalih-dalih terus digunakan untuk membenarkan kekerasan, selama kepentingan ekonomi mengalahkan kemanusiaan, maka perang akan terus hidup. Dan selama itu pula, kita akan terus menyaksikan kematian yang tak perlu—yang seharusnya bisa dihindari.

Postingan populer dari blog ini

Parkir Kendaraan Bermotor di Stasiun Bogor

SMK SMAKBO baru

Durian Kabupaten Purworejo