Ilmu Padi: Rendah Hati dan Ketangguhan yang Diam

Dalam dunia yang penuh hiruk pikuk, sering kali kita terjebak dalam gemerlap pencapaian dan gelar. Namun, ada satu filosofi sederhana dari alam yang mengajarkan kebijaksanaan luar biasa: ilmu padi. “Semakin berisi, semakin merunduk.” Begitulah ungkapan yang kita warisi dari generasi ke generasi. Padi yang matang dan kaya isi justru membungkuk, tidak menengadah angkuh ke langit.

Namun, filosofi ini tidak berhenti pada sikap rendah hati. Ada pelajaran kedua yang lebih dalam—padi yang merunduk itu pada akhirnya dipotong, gabahnya diambil, batangnya ditinggal. Ia tidak menjerit, tidak memberontak, tidak mempertanyakan nasibnya. Ia hanya mencoba satu hal: bertahan hidup dan bertunas kembali. Dalam diamnya, ia menunjukkan ketangguhan yang luar biasa.

Manusia yang berilmu, layaknya padi, seharusnya tidak hanya rendah hati, tetapi juga kuat menghadapi ujian hidup. Ia tidak mencari pengakuan dengan suara lantang, tetapi membuktikan nilainya melalui ketekunan dan manfaat yang ia berikan. Ketika direndahkan, ia tidak membalas; ketika dihancurkan, ia bangkit dalam bentuk baru—lebih kuat, lebih bijaksana.

Ilmu padi bukan sekadar pelajaran tentang sikap, tetapi juga tentang jiwa. Di dunia yang semakin bising oleh ego dan ambisi, menjadi seperti padi adalah pilihan yang tidak populer, namun sangat mulia. Karena sejatinya, keagungan tidak datang dari seberapa tinggi kita berdiri, melainkan dari seberapa dalam kita mengakar dan seberapa ikhlas kita memberi.

Postingan populer dari blog ini

Parkir Kendaraan Bermotor di Stasiun Bogor

SMK SMAKBO baru

Durian Kabupaten Purworejo