Perang Kognitif dan Runtuhnya Fondasi Sosial Suatu Bangsa
Perang kognitif bukan hanya menyerang militer atau ekonomi, tapi langsung menyasar ke urat nadi sebuah bangsa: kesatuan dan kesadaran kolektif masyarakatnya. Dalam perang ini, senjatanya adalah hoaks, framing, dan opini yang dimanipulasi. Sasaran utamanya adalah pikiran dan emosi rakyat.
Ketika sebuah bangsa terseret dalam perang kognitif, masyarakat menjadi mudah tersulut, saling mencurigai, dan saling menghujat. Perbedaan pendapat dibenturkan seolah kebenaran hanya milik satu pihak. Polarisasi terjadi bukan karena alasan ideologis murni, tetapi karena narasi yang sengaja diadu. Akibatnya, rasa persaudaraan melemah, rasa saling percaya hilang, dan yang tersisa hanyalah keributan tanpa arah.
Inilah dampak paling berbahaya dari perang kognitif: rakyat dijadikan musuh satu sama lain tanpa sadar sedang dijadikan alat oleh kekuatan luar atau elit tertentu. Negara bisa runtuh bukan karena kalah perang, tetapi karena tercerai-berai dari dalam.
Bangsa yang kuat bukan hanya punya senjata, tapi juga kesadaran kolektif untuk melawan narasi palsu, menjaga akal sehat, dan memperkuat rasa kebangsaan. Di era digital, menjaga pikiran tetap waras adalah bentuk bela negara yang paling awal.