Cinta tumbuh
Pak, kapan mulai suka sama saya.
Pertanyaan itu ditanyakan oleh maitua.
Kadang pertanyaan-pertanyaan ajaib, tiba-tiba muncul. Kadang kalau dipikir pikir. Kapan ya, pikirku, bertemu maitua, hanya 3 kali sebelum pernikahan. Pertama di dekat masjid, kedua dirumah orang tuanya bersama teman-teman dan ketiga juga di rumah orang tuanya untuk lamarannya.
Apakah pernah mengatakan hal-hal yang berbau romansa, misal saya cinta kamu atau i love you. Sepertinya ketika awal bertemu, belum pernah.
Namun, setelah menikah, lupa atau memang belum pernah diucapkan ya secara lisan. Seingatku, seringnya melalui whatsapp. hampir tiap hari.
Dari bumi cendrawasih pindah ke bumi parahyangan. Tidak tahu nya, ada apa, maksudnya dibalik perpindahan saat itu, blessing in disguise, ada maksud dan tujuan yang tidak kita ketahui. Jalannya
memang seperti itu. Ternyata memang untuk mencari jodoh, menyatukan tulang rusuk yang satunya, yang jatuh
disini. Di kota ini, Kota Bogor. Tapi bukan dengan mojang Parahyangan. Setiap kali ditanya asalnya, akan di jawab, dari Indonesia. Sudah campur aduk, katanya. Ada Palembang,
Betawi, Sunda dan Jawa. Banyak suku dalam darahnya.
Saya paling takut jatuh dan cinta. Sakit kalau jatuh. Apalagi kalau dari ketinggian. Namun inginku cinta itu adalah yang selalu tumbuh dan terus tumbuh. Cinta akan terus tumbuh, dia tidak akan pernah bisa berkurang.
Akhirnya,
Setelah cukup lama, hingga akhirnya kutemukan juga jawabnya.
Jawabku, suka pada pandangan pertama padanya, hehehe. Love at first
sight, kata orang bule.
Kadang gak masuk dinalar. Tapi memang begitu. Waktu yang
akan membuktikan.
Memang benar pepatah Jawa yang mengatakan witing tresno
jalaran soko kulino. Tiap hari terus ketemu, menumbuhkan rasa. Ada rasa sayang, ada rasa kasih. Akhirnya jatuh cinta. Rasa ini tak
pernah berkurang. Seperti udara, yang tidak akan pernah ada habisnya, dia akan menyusup dalam setiap nadi. Semoga sampai nanti.