Telepon Nipu

 

Pagi itu, sudah mulai disibukkan dengan pekerjaan rutin sehari-hari. Membuka catatan yang tertulis di dalam buku, memilah mana pekerjaan rutin harian, yang sifatnya berulang-ulang setiap hari dan mana saja pekerjaan yang belum  serta akan diselesaikan. 

Mulai membacanya satu per satu.

Kemudian dilanjutkan dengan menyalakan komputer, untuk memulai aktivitas pekerjaan rutin harian.

Ketika tiba-tiba dikejutkan dengan suara telepon dari istri.

"Pak, barusan ada telepon dari sekolah Rusman, katanya jatuh dari tangga sekolah. Sekarang sudah ditangani dan akan langsung dibawa ke rumah sakit, tapi butuh uang muka,"kata istriku dalam kalutnya.

"Barusan juga diminta mencatat nomor rekening buat transfer uang mukanya, darurat, Pak," lanjutnya.

"Iya, Bun, nanti mas segera ke sekolahan, gak jauh juga, paling setengah jam juga nyampe, bilangin aja kalau di telepon, Bapaknya sudah jalan ke sekolah,"jawabku.

"Cepet ya, Pak, khawatir ada apa-apa, Bunda, gak bisa pulang lagi piket di layanan, nanti kabari ya,"tambahnya lagi.

Begitu telepon dimatikan, gak lama ada telepon juga dari nomor yang gak dikenal, tapi saya jadi curiga, gaya bicaranya bukan dari sekolah anakku. 

"Assalamu'alaikum, Pak, Saya dari yayasan Birrul Ahsan, mau menginfokan, kalau anak Bapak jatuh dari tangga, karena bercanda dengan teman-temannya, tangannya patah" kata penelepon.

"Saat ini sudah dibawa ke rumah sakit Kasih Bunda, tapi butuh uang muka, bisa di catat, nomor rekeningnya, Pak,"lanjutnya lagi.

"Wa'alaikum salam, Ustadz, Afwan, saya gak bawa bolpen dan kertas, tapi saya akan segera meluncur ke Sekolah, tunggu ya."

Lalu tiba-tiba putus teleponnya.

Awal sudah curiga, hampir percaya, tapi saat memperkenalkan diri, tidak menyebut nama, itu yang membuat curiga. Selain itu,  kalau ada keperluan mendadak, yang akan telepon pasti gurunya. Tapi ini dari yayasan.

Akhirnya kupastikan, apakah anakku, baik-baik saja atau memang harus dibawa ke rumah sakit sesuai info barusan.

Setelah ijin ke Bos, menyampaikan info sesuai telepon. Saya pun meluncur menembus padatnya jalan kota Bogor. Disana sini masih macet saja, padahal sudah jam 9. Melewati Stasiun, pasar, kemudian beberapa lampu merah. Akhirnya sampai juga, ehm, hampir 45 menit. Lebih lama dari biasanya kalau pulang kantor.

Parkirkan motor dulu di dekat kantin sekolah, menyapa satpam  yang sudah kenal baik selama ini.

Lanjut ke ruang kelas anak, kemudian kusampaikan salam.

"Assalamu'alaikum, ustadz, saya Bapaknya Rusman, bagaimana ya keadaanya,"tanyaku.

"Wa'alaikum salam, Pak,"jawab ustad Handi,"Anaknya baik-baik saja, Pak, ada apa ya,"lanjutnya.

Kuceritakan saja semuanya, mengenai telepon yang menginfokan kalau Rusman kecelakaan di sekolah.

Hampir saja, kena penipuan dari orang-orang yang mengambil keuntungan secara tidak baik.

Lalu kutelepon istriku, untuk menyampaikan kabar baik, agar menjadi tenang ketika bekerja.

"Rusman, baik-baik saja, lagi belajar di kelasnya,"kataku.

Alhamdulillah.

 

Postingan populer dari blog ini

SMK SMAKBO baru

Durian Kabupaten Purworejo

Parkir Kendaraan Bermotor di Stasiun Bogor