Ibu
Saya punya banyak, bahkan ada tiga, bukan karena bapakku kawin lebih dari satu. Tapi karena keadaan yang membuatku jadi punya 3 ibu. Ibu dengan sebutan masing-masing. Ada yang saya sebut emak, wawak dan ibu.
Ya, karena sejak kecil saya di kampung, jauh dari orang tua yang sebenarnya. Hidup bersama nenek dan budeku. Embah saya menyebut nenekku dan wawak saya menyebut budeku demikian. Tapi bersama embah, gak lama, sekitar 3 tahunan saya bersamanya. Beliau meninggal dunia, tak lama saya dikampung. Dilanjutkan dengan budeku yang merawatku.
Ibu yang pertama saya sebut Emak, beliaulah yang melahirkanku, ada kenangan sedikit tentang masa kecil bersama emak. Ketika kecil di sebuah gang di Jakarta. Dekat stasiun KRL. Ditengah padatnya pemukiman di Jakarta, salah satu yang terpadat di asia tenggara, Tambora. Biasanya saya ketemunya setahun sekali ketika lebaran karena pulang kampung. Selebihnya jarang ketemu, sehingga hal ini menjadikanku seperti ada jarak dengan emakku.
Malahan lebih dekat dengan ibu dan wawak karena selalu ketemu setiap saat. Ibu yang satunya saya sebut wawak, beliaulah yang merawatku sejak kecil hingga besar, bahkan hingga kini, anakku dibantu dirawat beliau. Ikut menjaga anak-anakku. Tiada hari tanpa bersamanya. Kalau kata istriku lebih tua saya dibanding wawak. Rambutnya masih banyak hitamnya. Saya terbalik.
Ibu, ibu yang satunya lagi, saya menyebutnya demikian, sebenarnya beliau adalah Tante kalau bahasa sekarang, tapi saya lebih suka menyebutnya ibu. Beliau akan selalu siap sedia kalau ada keperluan ke sekolah, apapun itu, ya pertemuan orang tua, ya ambil rapot, apa saja, sejak SD sampai SMA. Perkembangan sekolah malah beliau ini yang lebih tahu.
Emak, beliau telah meninggal dunia. Ibu dan wawak masih ada. Saya sangat menghormati beliau semuanya sesuai dengan perannya masing-masing. Akan selalu kuingat apapun yang telah beliau berikan. Untuk membalasnya, saya rasa sampai tutup usiaku belum akan mampu membalasnya. Hanya yang kuingat, ada amalan yang tidak akan terputus, semoga bisa menjadi salah satunya. Sudahkah itu, sedang mencobanya. Apakah akan sampai kepada beliau bertiga, pasti sampai, Tuhan pasti akan menyampaikannya, saya yakin. Apakah bisa dibagi, Wallahu a'lam, bagiku Tuhan maha adil, bagaimana cara membaginya dan bagaimana cara menghitungnya. Jangan pernah meragukan-Nya.