Ibukota ku, mu dan nya

 Ada bahasan menarik mengenai Jakarta, terkait dengan bahasan kalau Jakarta bermasalah kenapa gak diselesaikan masalah yang ada di Jakarta, tetapi malah memindahkan ibukotanya.

Membahas hal seperti tidak akan ada habisnya, namun ada yang menjadi menarik karena adanya pembangunan IKN.

Kalau melihat bahasan IKN, memang luar biasa. Ada yang bilang tempat jin buang anak, ada yang bilang menghabiskan dana ratusan triliun, ada juga yang mengatakan masalah memindahkan ribuan orang untuk bekerja di IKN, bahasan-bahasan lainnya yang menjadikan kita galau.

Ada yang mengatakan bahwa dana IKN Rp 466 T,  bisa digunakan untuk membuat atau membangun system pengairan di Jakarta dan membangun sarana transportasi LRT/MRT sejabodetabek. Sehingga dapat mengatasi permasalahan banjir dan macet  di Jakarta.

Masuk akal sih.

Tetapi Jakarta menurutku sudah terlalu kusut kalau mau di perbaiki, ya karena bebannya memang sudah  terlalu besar.

Memang harusnya dapat dipisahkan antara pusat pemerintahan dan pusat ekonomi.

Banyak yang ingin melakukan perbaikan di Jakarta, namun ya begitulah. Jakarta akan  susah untuk dilakukan penataan ulang.

Setiap penataan ulang misalnya membangunkan infrastruktur untuk mengatasi macet, selama proses berjalannya penataan ulang tadi macatenya menjadi sangat luar biasa. Adanya tambah macet.

Karena seperti ada orang memperbaiki/renovasi rumah, tapi yang punya masih tinggal didalam rumah tersebut. Sehingga yang memperbaiki akan kerepotan dalam melakukan renovasi tersebut, agar yang tinggal didalamnya tidak tertimpa masalah dalam renovasi tadi.

Bisa juga, seperti rumah tua, dimana atapnya sudah mulai keropos dan perlu dilakukan penambalan disana sini untuk menutup bocoran/rembesannya. Ditambal sana tambal sini, permasalahan akan selalu muncul. Akan lebih mudah menghancurkan bangunan lalu membangun kembali dengan yang lebih baik. Tetapi hal ini tidak akan mungkin terjadi. Sehingga akan lebih baik kalau membangun rumah baru ditempat lain.

Selain itu, permasalahan tidak hanya karena infrastrukturnya, namun jumlahnya yang sangat banyak. Banjir bisa juga karena banyak penduduk yang membuang sampah sembarangan. Tidak dapat diatur dengan peraturan yang lebih keras.

Pernah suatu ketika di angkot, ada ibu membawa anak gadisnya. Ibu ini membuang sampah habis dia makan snacknya. Lalu ditegur anaknya. Katanya bukan di Singapur, gak ada yang menghukum ini. Disamping itu, memang karena jumlah penduduk banyak sehingga sampah yang dihasilkan pun banyak sedangkan penampungan sampah belum mencukupinya/overload. Belum bisa seluruhnya terbawa ke tempat penampungan akhir.

Namun demikian, pertaruhan memindahkan ibukota sangatlah besar. Bagi pegawai atau pekerja yang pernah merasakan bahwa jarak timur dan barat Indonsia sangatlah jauh. Pasti akan senang sekali dengan posisi ibukota negara ada di tengah-tengah. Ya, harapannya agar pulau lain juga tersentuh, tidak hanya di Jawa saja.

Memahami permasalahan Jakarta yang  memang kompleks, termasuk dalam konteks relokasi ibukota ke IKN. Tantangan seperti pembangunan infrastruktur, pengelolaan sampah, dan perubahan perilaku masyarakat memerlukan pendekatan holistik. Pemindahan ibukota dapat membawa dampak positif, seperti redistribusi pembangunan ke wilayah lain. Namun, implementasinya harus mempertimbangkan dampak sosial, ekonomi, dan lingkungan secara cermat.

Postingan populer dari blog ini

SMK SMAKBO baru

Durian Kabupaten Purworejo

Parkir Kendaraan Bermotor di Stasiun Bogor