Postingan

Menampilkan postingan dari Juni, 2025

Skema Ponzi dan Iman yang Tergadai oleh Janji Manis

Salah satu alasan mengapa banyak orang terjebak dalam investasi bodong adalah karena daya tarik skema Ponzi yang begitu menggiurkan. Janji return tinggi dan cepat membuat banyak orang gelap mata. Padahal, jika ditelusuri lebih jauh, tidak pernah jelas dari mana keuntungan itu berasal. Skema Ponzi bekerja dengan pola sederhana: uang dari anggota baru digunakan untuk membayar keuntungan kepada anggota lama. Tidak ada kegiatan usaha yang nyata. Tidak ada nilai tambah yang diciptakan. Semuanya hanyalah ilusi pertumbuhan yang pada akhirnya akan runtuh, karena jumlah orang yang dibutuhkan untuk menjaga sistem terus berjalan akan semakin besar — dan itu mustahil dipertahankan dalam jangka panjang. Ironisnya, iming-iming ini justru sering dikemas secara profesional: dengan kantor megah, seminar motivasi, testimoni para "korban yang belum sadar", hingga simbol-simbol religius untuk menumbuhkan rasa percaya. Dalam banyak kasus, kepercayaan bukan hanya diberikan secara finansial, teta...

Penyesalan datang di belakang

Perasaan yang sangat umum dialami banyak orang terhadap penyesalan yang datang di belakang.  Dulu, saat masih SD atau SMP, hidup terasa seperti rutinitas: datang ke sekolah, mengerjakan PR, lalu pulang. Semua dijalani sebatas kewajiban, bukan karena memahami tujuan. Saat SMA, mulai terasa sedikit kesadaran. Ada momen nongkrong dengan teman, belajar pun mulai lebih serius — sedikit demi sedikit muncul keinginan untuk jadi seseorang, walau belum jelas siapa. Lalu kuliah pun datang. Harapan baru terbuka, tapi seringkali kita hanya menjalani yang penting lulus. Nilai akademik biasa saja, semangat pun naik turun. Fokus lebih banyak ke organisasi, teman, atau sekadar bertahan hidup di kota perantauan. Namun semua itu akan terasa ketika dunia kerja datang. Saat tanggung jawab mulai menumpuk, tekanan hidup datang dari segala arah, dan kompetisi tak kenal ampun. Di titik itulah sering muncul penyesalan: "Andai dulu aku belajar lebih giat..." "Andai aku manfaatkan waktu lebi...

Belajar dari Kasus Investasi Bodong yang Terus Terulang

Sudah tak terhitung lagi jumlah kasus investasi yang merugikan masyarakat. Mulai dari investasi berkedok koperasi, hingga platform digital yang menawarkan imbal hasil tinggi dengan dalih "legal dan terpercaya". Ironisnya, meski berbagai berita dan peringatan sudah tersebar luas, kasus serupa tetap berulang. Ketika sebuah skema investasi sedang naik daun dan banyak orang terlihat "berhasil", yang terjadi justru sebaliknya: logika dikalahkan oleh nafsu keuntungan. Dalam situasi seperti ini, siapapun yang mencoba memberi peringatan sering dianggap penghalang rezeki atau bahkan dicap sebagai orang yang iri. Sayangnya, kesadaran itu baru datang setelah semuanya terlambat. Ketika aliran dana mulai macet, ketika janji manis mulai berganti alasan dan penundaan, barulah perlahan muncul rasa menyesal. Sayangnya, penyesalan itu tak bisa membeli kembali uang yang hilang. Sudah saatnya kita belajar lebih dalam, bukan hanya dari teori investasi yang sehat, tapi dari kisah nyat...

Waktu Lebih Mahal dari Uang

Sering kita dengar ungkapan, “waktu adalah uang.” Tapi semakin dewasa, saya justru semakin yakin bahwa ungkapan itu salah—atau setidaknya kurang tepat. Karena dalam kenyataannya, waktu jauh lebih mahal daripada uang. Bayangkan ini: seseorang memiliki kekayaan triliunan rupiah di usia 70 tahun. Dengan tubuh yang sudah renta, tenaga yang terbatas, dan waktu yang tak lagi panjang. Lalu datang tawaran: “Tukarkan semua uangmu, dan kamu akan kembali ke usia 20 tahun.” Saya yakin, banyak orang akan menyetujuinya tanpa ragu. Kenapa? Karena uang sebanyak apa pun tak bisa membeli ulang masa muda, kesehatan, atau kesempatan yang telah lewat. Inilah yang seharusnya menjadi pengingat bagi kita yang masih memiliki waktu, tenaga, dan usia produktif: jangan menukar semuanya hanya untuk mengejar uang. Terlalu banyak orang menghabiskan masa mudanya bekerja keras siang dan malam demi mengumpulkan harta, lalu di usia senja mengeluarkan semua harta itu demi mengobati tubuh yang sakit, membayar waktu yan...

Khatmul Qur’an Angkatan 27 SDIT Ummul Quro Bogor

Gambar
Di tengah zaman yang penuh hiruk-pikuk dan disrupsi moral, menyaksikan anak-anak kecil menamatkan bacaan Al-Qur’an bukan sekadar peristiwa biasa. Ia adalah secercah harapan di tengah krisis teladan. Acara Khatmul Qur’an Angkatan 27 SDIT Ummul Quro Bogor dilaksanakan tanggal 14 Juni 2025, diikuti sebanyak 150 siswa dan siswi kelas 6 SDIT Ummul Quro. Kegiatan ini digelar di Aula SMAIT Ummul Quro menjadi bukti nyata bahwa cahaya itu masih ada, dan terus menyala. Tema yang diusung tahun ini, "Lanjutkan Perjuangan, Raih Kemuliaan Menjadi Ahlul Qur’an," bukan sekadar slogan. Ia adalah seruan kepada setiap jiwa, baik yang muda maupun yang tua, untuk menjadikan Al-Qur’an bukan hanya sebagai bacaan, tapi sebagai pedoman dan jalan hidup. Bahwa perjuangan menjadi bagian dari Ahlul Qur’an tidak berhenti di ujung wisuda, tapi justru baru dimulai. Sebagai orang tua, menyaksikan anak kami—anak kelima dalam keluarga—menjadi bagian dari momen sakral ini, adalah kebahagiaan yang tak tergan...

Koperasi atau Kedok Penipuan? Waspadai Skema Ponzi Berkedok Koperasi

Koperasi sejak lama dikenal sebagai soko guru perekonomian rakyat. Ia lahir dari semangat gotong royong, saling percaya, dan berbagi manfaat di antara anggota. Namun kini, sayangnya, nama baik koperasi semakin tercoreng oleh praktik-praktik manipulatif yang mengatasnamakan koperasi hanya sebagai kedok investasi ilegal . Salah satu kasus yang mulai mencuat adalah Koperasi Buana Lintas Nusantara. Koperasi yang berlokasi di Jawa Tengah ini, khususnya wilayah Salatiga dan Boyolali, menghebohkan publik dengan adanya indikasi penipuan investasi.  Dengan jumlah anggota yang diklaim mencapai 40 ribu orang dan modal hingga lebih dari 3 triliun rupiah, koperasi ini tampak megah dari luar. Unit usahanya pun banyak—lebih dari 24 jenis usaha mulai dari showroom mobil, agen travel, hingga properti. Namun di balik tampilan luar itu, muncul pertanyaan serius: apakah benar ini koperasi sehat, atau sekadar skema ponzi terselubung? Indikasi koperasi yang sehat adalah Pertama, koperasi ini memiliki ...

Kita Semua Sedang Kehabisan Waktu

Setiap manusia yang lahir ke dunia, sejatinya sedang berjalan menyusuri waktu yang terus berkurang. Ini bukan hal yang kita sadari setiap hari, karena kesibukan dan rutinitas sering menutupi kenyataan bahwa waktu adalah sumber daya yang tak bisa diperbarui. Ia tidak bertambah, hanya berkurang. Setiap hari yang kita lewati, bukanlah penambahan umur, melainkan pengurangan jatah hidup. Tubuh yang dulunya kuat perlahan menjadi ringkih. Kita menjadi seperti komputer yang usang: butuh servis, perbaikan, bahkan penggantian suku cadang agar tetap bisa berfungsi. Obat-obatan, terapi, operasi—semua upaya kita untuk memperpanjang fungsi fisik, agar raga bisa terus berjalan walau tidak lagi sempurna. Namun menariknya, ada satu hal yang membuat manusia berbeda dari sekadar mesin: nyawa, atau lebih tepatnya, jejak yang kita tinggalkan. Ketika komputer rusak dan tak bisa lagi digunakan, data di dalamnya masih bisa diakses—ia menyimpan memori, catatan, file penting. Demikian juga manusia. Ketika rag...

Contoh SK Rekrutmen Satpam

Contoh Surat Keputusan (SK) Tim Rekrutmen Satpam yang bisa Anda gunakan atau sesuaikan dengan kebutuhan sebagai berikut : SURAT KEPUTUSAN Nomor: [Nomor SK]/[Kode]/[Tahun] TENTANG PEMBENTUKAN TIM REKRUTMEN SATPAM [NAMA PERUSAHAAN / INSTANSI] Menimbang: a. Bahwa dalam rangka memenuhi kebutuhan tenaga satuan pengamanan (Satpam) di lingkungan [nama perusahaan/instansi], perlu dilakukan proses rekrutmen secara objektif dan transparan. b. Bahwa untuk kelancaran proses tersebut, perlu dibentuk Tim Rekrutmen Satpam. Mengingat: Undang-Undang Nomor ... tentang ... Peraturan Pemerintah Nomor ... tentang ... [Aturan internal perusahaan/instansi, jika ada] MEMUTUSKAN: Menetapkan: PERTAMA: Membentuk Tim Rekrutmen Satpam di lingkungan [nama perusahaan/instansi], dengan susunan sebagai berikut: Penanggung Jawab: Nama: [Nama Atasan Tertinggi] Jabatan: [Jabatan, misal: Direktur Utama / Kepala Instansi] Ketua: Nama: [Nama Ketua Tim] Jabatan: [Jabatan] Sekretaris: Nama: [Nama S...

Stasiun Kecil Bernilai Besar: Refleksi dari Cilebut di Tengah Hujan

Sore itu, hujan deras mengguyur Stasiun Cilebut. Air tumpah dari langit seperti tidak ada habisnya, disertai angin yang membuat payung pun tak berdaya. Saya berjalan dari parkiran kendaraan di dekat Alfamidi menuju stasiun dengan tubuh yang akhirnya basah kuyup, meskipun sudah memakai payung. Namun bukan soal hujan yang ingin saya soroti. Di tengah derasnya cuaca dan kerumunan penumpang, saya justru merenungi betapa stasiun kecil seperti Cilebut menyimpan makna besar bagi ribuan orang. Di tengah guyuran hujan, stasiun ini tetap berdetak, tetap menjadi titik temu, tempat pulang, tempat harap. Setiap pagi dan sore, stasiun ini tak ubahnya semut yang tumpah dari sarangnya—padat, sibuk, hidup. Penumpang datang dan pergi dalam alur yang teratur, menunjukkan betapa vitalnya peran transportasi massal murah seperti kereta listrik bagi masyarakat urban dan suburban. Di sekeliling stasiun, denyut ekonomi mikro menggeliat. Warung-warung makanan, tukang ojek, penitipan motor, hingga gerai minum...

Bahu Jalan Bukan Jalur Cepat

Bahu jalan sejatinya disediakan untuk keadaan darurat. Fungsi utamanya adalah sebagai ruang aman ketika kendaraan mengalami kerusakan, seperti ban bocor, mogok, atau insiden kecil lainnya. Di jalan tol khususnya, bahu jalan menjadi tempat vital untuk evakuasi darurat atau akses kendaraan patroli dan ambulans. Namun, realita di lapangan sering kali jauh dari ideal. Sering kita mendengar atau membaca berita tentang kecelakaan yang terjadi karena adanya kendaraan yang berhenti di bahu jalan. Lebih miris lagi, penyebabnya bukan karena bahu jalan digunakan sebagaimana mestinya, melainkan karena disalahgunakan. Salah satu bentuk pelanggaran paling berbahaya adalah pengemudi yang menyalip lewat bahu jalan demi menghindari kemacetan. Tindakan ini bukan hanya tidak etis, tetapi juga sangat membahayakan keselamatan pengguna jalan lain. Pelanggaran semacam ini menunjukkan rendahnya kesadaran berkendara dan kepatuhan terhadap aturan lalu lintas. Bahu jalan bukanlah jalur tambahan untuk mempercep...

ATM Hidup: Ketika Inovasi Rakyat Menantang Sistem Formal

Beberapa hari terakhir, publik dikejutkan oleh fenomena tak biasa dari Madura. Seorang wanita berkeliling di tengah keramaian dengan atribut unik: bando di kepala bertuliskan nomor rekening, dan sebuah layanan yang mengundang tanya—ia menerima setor dan tarik tunai, layaknya mesin ATM berjalan. Dengan tarif 3% untuk tarik dan 5% untuk setor, ia menjelma menjadi "ATM hidup". Kita tentu terbiasa dengan kehadiran ATM sebagai mesin dingin, tersembunyi di pojok bank, minimarket atau pusat perbelanjaan. Tapi kali ini, ATM itu bernapas, berjalan, bahkan bisa menawar. Inilah potret unik bagaimana kreativitas rakyat muncul dari celah kebutuhan yang belum terpenuhi.  Fenomena ini layak menjadi bahan renungan. Di satu sisi, ATM hidup ini adalah cermin dari kelincahan masyarakat dalam menghadapi keterbatasan akses keuangan. Tidak semua orang punya akses mudah ke mesin ATM, terlebih di daerah yang mungkin infrastrukturnya terbatas. Maka muncullah solusi organik: manusia menggantikan me...

Mengangkat Kembali Tari Cing Po Ling, Warisan yang Terlupakan

Ketika berbicara tentang seni tradisional Purworejo, kebanyakan orang akan langsung menyebut tari Dolalak. Tarian ini memang sudah melekat kuat dalam identitas budaya masyarakat Purworejo. Namun, sangat disayangkan bahwa masih ada tarian tradisional lain yang nyaris tenggelam oleh zaman—tari Cing Po Ling . Tari Cing Po Ling berasal dari Desa Kesawen, Kecamatan Pituruh, Kabupaten Purworejo. Ia bukan sekadar hiburan, melainkan warisan budaya yang diturunkan secara turun-temurun dari generasi ke generasi. Tarian ini dibawakan secara berkelompok, di tempat terbuka, biasanya lapangan dan konon memiliki makna historis dan spiritual bagi masyarakat setempat. Sayangnya, namanya tidak sepopuler Tari Dolalak. Ia hidup dalam lingkup yang kecil, hanya dikenal oleh warga desa asalnya, lingkungan sekitarnya dan perlahan mulai dilupakan. Mungkin banyak warga Kabupaten Purworejo yang bahkan tidak mengenal tarian ini.  Menurut saya, hal ini menyedihkan. Di tengah gempuran budaya populer dan hibur...

Ketika Anak Bertanya: “Bagaimana Kalau Uang Korupsi Disumbangkan?

Suatu sore, saya berdiskusi dengan anak keempat saya yang masih duduk di bangku SMP. Dia anak yang pendiam, tidak banyak bicara, tetapi sering tenggelam dalam buku-buku yang saya sendiri tidak menyangka akan dibacanya. Mein Kampf , Madilog , bahkan beberapa buku sejarah dan filsafat politik pernah saya lihat ia rangkum dengan penuh semangat. Lalu dia tiba-tiba bertanya, “Pak, bagaimana kalau uang hasil korupsi tidak dipakai sendiri, tapi disumbangkan?” Saya sempat terdiam. Bukan karena saya tidak tahu jawabannya, tapi karena saya tak menyangka pertanyaan seberat itu datang dari anak seusianya. Setelah menarik napas, saya jawab, “Tuhan menyukai hal yang baik. Maka yang diberikan atau disumbangkan pun harus berasal dari hal yang baik. Korupsi itu bukan hal baik, jadi uangnya pun tidak pantas dipakai, apalagi disumbangkan.” Anak saya tampak merenung, lalu bertanya lagi, “Pak, bagaimana kita tahu bahwa itu suap? Kan orangnya gak bilang apa-apa waktu memberi?” Saya jawab dengan perlahan...

Teruslah Melangkah Sepakbola Indonesia

Dunia sepakbola Indonesia tengah mengalami euforia yang luar biasa. Pencapaian demi pencapaian diraih, hingga kini kita mampu mengimbangi negara-negara besar di pentas internasional. Ini bukan sekadar soal pertandingan—ini tentang harapan dan kebanggaan, tentang semangat juang yang tak pernah padam demi meraih impian lolos ke Piala Dunia. Sepakbola menyatukan kita semua. Ia melampaui sekat-sekat perbedaan, menyatukan seluruh elemen bangsa dalam satu semangat yang sama. Di tengah keresahan dan tantangan hidup, sepakbola hadir sebagai penghibur dan pemersatu. Sebuah energi kolektif yang menguatkan. Apresiasi setinggi-tingginya untuk tim nasional Indonesia—para pemain, pelatih, ofisial, dan semua pihak yang telah berjuang dengan sepenuh hati. Terima kasih telah membawa kebanggaan dan harapan bagi seluruh rakyat. Dan meski masih banyak negara yang belum mengapresiasi pencapaian ini, lupakan saja. Kita tidak butuh pengakuan untuk terus maju. Yang kita perlukan adalah konsistensi, sportiv...

Makna Kurban: Lebih dari Sekadar Penyembelihan

Gambar
Idul Adha bukan hanya tentang menyembelih hewan kurban. Lebih dari itu, ia adalah momentum spiritual yang mengajarkan tentang keikhlasan, pengorbanan, dan kepedulian sosial. Tahun ini, Idul Adha 1446 H, keluarga kami kembali ikut serta dalam ibadah kurban. Mbah dan Kiki berkurban rombongan sapi di kampung halaman, Purworejo tercinta. Menariknya, ini adalah tahun kedua Kiki berkurban dengan uangnya sendiri. Sebuah pencapaian kecil yang membanggakan, sekaligus pengingat bahwa semangat berkurban bisa tumbuh sejak muda. Sementara itu, saya sendiri tetap berkurban kambing di masjid dekat perumahan, salah satu perumahan di Kota Bogor. Kali ini, dapat nomor urut 13 dari total 16 ekor kambing yang disembelih, ditambah 5 ekor sapi dari para pekurban lainnya. Penyembelihan dilakukan setelah pelaksanaan salat Idul Adha, sesuai sunnah yang diajarkan Nabi Ibrahim AS. Ada perasaan hangat saat menyaksikan banyak orang—dari berbagai latar belakang—ikut berkurban. Di balik prosesi penyembelihan, ter...

Bangun Tidur: Anugerah yang Terlupakan

Setiap pagi, jutaan manusia di seluruh dunia terbangun dari tidurnya. Sebagian besar dari mereka segera beranjak menjalani rutinitas harian—mencuci muka, menyiapkan sarapan, mengecek ponsel, lalu pergi bekerja atau belajar. Aktivitas itu begitu biasa, seolah merupakan bagian otomatis dari kehidupan. Namun, sangat sedikit yang berhenti sejenak untuk merenung bahwa bangun dari tidur sebenarnya bukan hal yang sepele. Ia adalah sebuah anugerah besar yang kerap kita lupakan. Bangun dari tidur adalah pertanda bahwa kita diberi kesempatan baru oleh Tuhan untuk melanjutkan hidup. Jantung kita masih berdetak, paru-paru kita masih berfungsi, dan nyawa masih bersemayam di tubuh kita. Tapi jika Tuhan berkehendak lain, bisa saja malam tadi menjadi malam terakhir kita di dunia. Kita bisa tertidur tanpa pernah terbangun lagi. Ironisnya, kematian pun sering dianggap biasa. Ketika seseorang meninggal dalam tidurnya, reaksi umum adalah kalimat seperti, “Memang sudah waktunya.” Padahal, di balik kepasr...

Pelepasan Angkatan 21 SMP IT Ummul Quro Bogor tahun 2025

Gambar
Hari ini, 4 Juni 2025, menjadi salah satu momen penting dalam perjalanan tumbuh anak kami. Di Gedung Harmony Banquet Halls, Yasmin Center, Kota Bogor, sebanyak 182 siswa kelas 9 SMP IT Ummul Quro resmi dilepas dalam sebuah prosesi yang hangat dan penuh makna. Di antara mereka, ada anak keempat kami, yang menutup satu babak penting dalam hidupnya—masa pendidikan dasar selama hampir 10 tahun di sekolah Islam terpadu ini. Ada rasa haru, syukur, sekaligus renungan. Selama satu dekade, lingkungan sekolah ini telah membentuk karakter dan kebiasaan anak-anak kami. Mereka tumbuh dalam ruang yang bernuansa religius, disiplin, dan relatif homogen. Tapi justru karena itulah, hari ini kami memantapkan pilihan: untuk jenjang pendidikan berikutnya, anak kami akan melangkah ke tempat yang lebih beragam—dari segi ekonomi, sosial, dan bahkan pandangan hidup. Ini bukan semata tentang mencari sekolah "lebih baik", tapi lebih tentang menyiapkan anak menghadapi kenyataan hidup yang lebih luas. ...

Keberuntungan adalah Privilege dari Tuhan

Keberuntungan sejatinya bukan sesuatu yang turun begitu saja. Ia tidak hadir tiba-tiba tanpa sebab. Keberuntungan adalah privilege dari Tuhan—sebuah anugerah yang diberikan kepada mereka yang telah berupaya dengan sungguh-sungguh melakukan kebaikan, baik kepada sesama maupun kepada Tuhannya. Dalam kehidupan ini, kita sering melihat orang yang tampak dimudahkan jalannya, rezekinya lancar, dan masalahnya cepat terselesaikan. Mudah bagi kita menyebutnya “beruntung.” Namun jarang kita menyadari bahwa di balik itu ada proses panjang: ibadah yang istiqamah, amal yang konsisten, sikap hormat kepada orang tua, dan tekad untuk tidak merugikan siapa pun. Keberuntungan bukan hasil dari tidur panjang atau angan-angan kosong. Ia adalah hasil dari ketulusan dan usaha yang mungkin tak pernah dilihat oleh siapa pun, kecuali Tuhan. Maka ketika keberuntungan datang, itu bukan karena kebetulan. Itu karena Tuhan melihat perjuangan kita—dan menghadiahinya dengan kemudahan. Jadi, alih-alih menanti keber...

Ketika Ormas Menantang TNI, Di Mana Wibawa Hukum Kita?

Baru-baru ini, publik dikejutkan oleh peristiwa cekcok antara sebuah organisasi kemasyarakatan (ormas) dengan anggota TNI. Lebih dari sekadar adu mulut, kejadian itu melibatkan tindakan fisik berupa penendangan dan pendobrakan kendaraan dinas milik aparat. Insiden ini bukan hanya mencoreng citra ormas sebagai elemen sosial, tetapi juga menimbulkan kekhawatiran mendalam: jika terhadap TNI saja mereka berani bersikap brutal, bagaimana mereka akan memperlakukan masyarakat sipil biasa? Ini bukan persoalan personal. Ini adalah tindakan yang menyangkut wibawa institusi negara. TNI bukan individu semata, melainkan simbol pertahanan negara. Ketika institusi seperti ini dilecehkan secara terbuka, maka yang dilukai bukan hanya seorang prajurit, tetapi otoritas hukum dan negara secara keseluruhan. Sayangnya, dalam banyak kasus serupa, penyelesaian justru berhenti pada permintaan maaf. Padahal, dalam konteks ini, permintaan maaf saja dirasa tidak cukup. Tindakan kekerasan dan perusakan, apalagi te...

Membuat Roti, Menikmati Prosesnya

Gambar
Ada sesuatu yang menyenangkan dari membuat roti sendiri di rumah. Hari ini, saya mencoba membuat roti oregano isi sosis , dan ternyata prosesnya bukan hanya soal mencampur bahan dan memanggang, tapi juga soal ketenangan dan kepuasan saat melihat adonan mengembang perlahan. Dimulai dari menakar tepung, susu cair, gula, fermipan, hingga oregano—semuanya terasa seperti ritual kecil yang menenangkan. Menguleni adonan sampai kalis menjadi semacam meditasi ringan. Ketika adonan dibiarkan mengembang selama 30 menit, ada rasa antisipasi yang tak bisa dijelaskan: apakah akan berhasil? Apakah mengembang dengan sempurna? Sosis yang dibelah dua untuk isian bukan hanya soal teknik agar tidak terlalu tebal, tapi juga cerminan dari perhatian pada detail. Setelah roti dibentuk dan diisi, saya kembali menunggu, kali ini agar roti ‘beristirahat’ sebelum dipanggang. Oven pun dipanaskan di suhu 180 derajat, dan begitu roti masuk, aroma oregano mulai memenuhi dapur. Ada kepuasan tersendiri saat mengecek...