Apakah Iran akan menutup Selat Hormuz?
Penutupan selat, hanya pernah terjadi di Selat Tiran, di Teluk aqabah. Penutupan terjadi pada tahun 1967, yang menutup akses Israel untuk keluar dan masuk laut merah.
Sehingga kemungkinan besar, Iran tidak akan gegabah menutup Selat Hormuz — bahkan jika konflik dengan Israel dan Amerika Serikat semakin memanas. Walaupun secara geografis Iran memiliki kendali atas sebagian besar wilayah selat tersebut, langkah ekstrem itu akan membawa implikasi geopolitik dan ekonomi yang sangat besar, bukan hanya bagi Barat, tapi juga bagi negara-negara Teluk seperti Arab Saudi, UEA, dan Kuwait yang menggantungkan ekspor minyaknya pada jalur tersebut. Kemungkinan Iran akan memadati bagiannya dengan kapal-kapal miliknya, sehingga yang digunakan adalah bagian eksklave negara Oman, Kegubernuran Musandam. Banyak negara yang kedepanya akan mencoba berbagai cara melalui negara Oman ini, dari teluk Persia menuju teluk Oman. Entah pipanisasi, truk tanki melalui jalur darat atau yang lainnya, yang penting minyak tetap mengalir.
Ironisnya, negara-negara tetangga Iran tersebut mungkin tidak akan membantu Iran ketika dan saat ini diserang oleh negara lain, tapi mereka pasti akan panik dan marah jika Selat Hormuz ditutup. Ini menunjukkan betapa rumit dan egoistiknya peta politik kawasan.
Begitu ironisnya...
Namun di sisi lain, Iran sudah punya jalan baru: Jalur Sutra Modern. Rel-rel baja yang membentang dari Tiongkok, melintasi Asia Tengah hingga ke dataran Persia kini menjadi senjata diplomatik dan ekonomi yang lebih tenang, namun tak kalah dahsyat. Melalui jalur ini, Iran bisa memperkuat hubungan dengan negara-negara yang secara terbuka maupun diam-diam ingin menjauh dari tekanan dominasi Barat.
Hubungan dagang, kerja sama teknologi, hingga kolaborasi militer bisa tumbuh di balik jalur ini — tak harus diumumkan ke dunia, cukup dijalankan lewat jaringan. Dan inilah kekuatan baru Iran: membangun kekuatan bukan dari ancaman langsung, tapi dari jalur-jalur yang terlihat biasa — namun membawa pengaruh luar biasa.