Waktu Lebih Mahal dari Uang

Sering kita dengar ungkapan, “waktu adalah uang.” Tapi semakin dewasa, saya justru semakin yakin bahwa ungkapan itu salah—atau setidaknya kurang tepat. Karena dalam kenyataannya, waktu jauh lebih mahal daripada uang.

Bayangkan ini: seseorang memiliki kekayaan triliunan rupiah di usia 70 tahun. Dengan tubuh yang sudah renta, tenaga yang terbatas, dan waktu yang tak lagi panjang. Lalu datang tawaran: “Tukarkan semua uangmu, dan kamu akan kembali ke usia 20 tahun.” Saya yakin, banyak orang akan menyetujuinya tanpa ragu. Kenapa? Karena uang sebanyak apa pun tak bisa membeli ulang masa muda, kesehatan, atau kesempatan yang telah lewat.

Inilah yang seharusnya menjadi pengingat bagi kita yang masih memiliki waktu, tenaga, dan usia produktif: jangan menukar semuanya hanya untuk mengejar uang. Terlalu banyak orang menghabiskan masa mudanya bekerja keras siang dan malam demi mengumpulkan harta, lalu di usia senja mengeluarkan semua harta itu demi mengobati tubuh yang sakit, membayar waktu yang hilang bersama keluarga, atau sekadar mencari kembali makna hidup yang terlewat.

Saya tidak mengatakan uang tidak penting. Uang adalah alat. Tapi waktu—adalah hidup itu sendiri. Sekali ia lewat, tidak akan pernah kembali. Tidak ada “diskon ulang tahun” untuk mengulang masa lalu. Tidak ada “promo cicilan” untuk membeli satu jam tambahan bersama orang tua, pasangan, atau anak yang tumbuh begitu cepat.

Maka, mari kita perlakukan waktu dengan cara yang lebih bijak. Berhentilah menunda hal-hal penting hanya karena terlalu sibuk bekerja. Sisihkan waktu untuk orang-orang terdekat. Istirahatlah dengan cukup. Hidup bukan hanya tentang pencapaian, tapi juga tentang kebermaknaan.

Karena kelak, mungkin di usia senja, kita akan sadar:
Yang paling berharga dalam hidup bukanlah harta yang kita tumpuk, melainkan waktu yang telah kita isi dengan baik.

Postingan populer dari blog ini

SMK SMAKBO baru

Durian Kabupaten Purworejo

Parkir Kendaraan Bermotor di Stasiun Bogor