Skema Ponzi dan Iman yang Tergadai oleh Janji Manis
Salah satu alasan mengapa banyak orang terjebak dalam investasi bodong adalah karena daya tarik skema Ponzi yang begitu menggiurkan. Janji return tinggi dan cepat membuat banyak orang gelap mata. Padahal, jika ditelusuri lebih jauh, tidak pernah jelas dari mana keuntungan itu berasal.
Skema Ponzi bekerja dengan pola sederhana: uang dari anggota baru digunakan untuk membayar keuntungan kepada anggota lama. Tidak ada kegiatan usaha yang nyata. Tidak ada nilai tambah yang diciptakan. Semuanya hanyalah ilusi pertumbuhan yang pada akhirnya akan runtuh, karena jumlah orang yang dibutuhkan untuk menjaga sistem terus berjalan akan semakin besar — dan itu mustahil dipertahankan dalam jangka panjang.
Ironisnya, iming-iming ini justru sering dikemas secara profesional: dengan kantor megah, seminar motivasi, testimoni para "korban yang belum sadar", hingga simbol-simbol religius untuk menumbuhkan rasa percaya. Dalam banyak kasus, kepercayaan bukan hanya diberikan secara finansial, tetapi juga secara spiritual. Iman pun tergadai oleh janji manis keuntungan.
Glembuk dalam bahasa jawa, yang artinya membujuk, digunakan oleh orang-orang yang ingin memperoleh keuntungan atas setiap orang yang berhasil dibujuk, dibujuk dengan rayuan maut, agar mau mengikuti dan memberikan uangnya untuk diinvestasikan.
Seharusnya, logika sederhana bisa menjadi perisai: jika return terlalu tinggi dan terlalu cepat tanpa risiko, hampir pasti ada sesuatu yang tidak beres. Namun kenyataannya, rasa takut tertinggal (FOMO—fear of missing out) lebih kuat daripada akal sehat.
Kita tidak bisa terus berharap hukum saja yang memberantas praktik ini. Pendidikan finansial yang merata dan pembiasaan berpikir kritis harus menjadi tameng utama agar masyarakat tidak terus-menerus jadi korban. Jangan sampai uang hilang, dan pelajaran pun tidak diambil.