Membayar Yang Seharusnya Gratis

Setiap hari kita berinteraksi dengan tempat-tempat umum seperti minimarket, warung makan, toko kelontong, atau apotek dll. Tempat-tempat ini, terutama yang dikelola oleh jaringan besar seperti Indomaret dan Alfamart, secara resmi menggratiskan fasilitas parkir bagi pengunjungnya. Namun, kenyataan di lapangan berkata lain: hampir selalu ada "tukang parkir" yang berdiri di sana, meminta uang dari pengendara yang hanya ingin membeli sebungkus sabun atau sebotol air, bahkan mungkin tidak jadi membeli apapun. Karena yang dicari tidak ada. 

Fenomena ini bukan hal baru, tapi makin lama makin meresahkan. Bayangkan, kita hanya berhenti sebentar untuk membeli sesuatu, lalu dipaksa membayar ongkos parkir yang tidak pernah kita sepakati. Tidak ada karcis resmi, tidak ada jaminan keamanan kendaraan, dan tidak ada kejelasan kemana uang itu mengalir.

Yang lebih menyedihkan, keberadaan tukang parkir liar ini justru menciptakan keresahan sosial. Banyak masyarakat merasa tidak enak menolak, takut kendaraannya dilukai, atau tidak ingin ribut di tempat umum. Akhirnya, mereka memilih membayar—bukan karena ikhlas, tapi karena terpaksa.

Masalah ini terjadi karena beberapa hal: kurangnya penertiban dari aparat, rendahnya kesadaran masyarakat untuk menolak praktik ilegal, dan juga minimnya lapangan kerja formal. Tapi semua itu bukan alasan untuk membiarkan pungutan liar terus terjadi. Ini bukan hanya soal uang seribu atau dua ribu rupiah, tapi soal prinsip keadilan dan keteraturan. Bahkan menjadi kan barang semakin mahal, karena adanya tambahan ongkos parkir. Bukan juga masalah ikhlas gak ikhlas, ridho dan gak ridho. 

Sudah saatnya pemerintah daerah, aparat ketertiban, dan pemilik usaha bertindak. Pasang papan bertuliskan "Parkir Gratis. Tidak Ada Petugas Parkir", lakukan penertiban rutin, dan sediakan saluran pengaduan bagi masyarakat. Di sisi lain, perlu juga ada solusi jangka panjang: pelatihan kerja, lapangan usaha baru, dan pemberdayaan warga agar mereka tidak lagi bergantung pada praktik ini untuk mencari nafkah.

Kita semua ingin ruang publik yang nyaman, aman, dan adil. Dan itu bisa dimulai dari hal sederhana: membiarkan parkir tetap gratis, sebagaimana mestinya. 

Postingan populer dari blog ini

SMK SMAKBO baru

Durian Kabupaten Purworejo

Parkir Kendaraan Bermotor di Stasiun Bogor