Nyinyir Karena Tidak Suka

"Nyinyir" dan "tidak suka" itu berbeda, meskipun bisa saja berkaitan.

  • Tidak suka: perasaan atau pendapat pribadi terhadap sesuatu atau seseorang. Misalnya, kamu gak suka lagu tertentu karena menurutmu liriknya gak nyambung. Tapi kamu simpan aja dalam hati atau paling bilang, "Aku kurang suka lagu ini."

  • Nyinyir: ekspresi dari ketidaksukaan yang disampaikan dengan nada sinis, menyindir, atau menjatuhkan. Jadi bukan cuma gak suka, tapi juga ngomongin dengan cara yang menyebalkan. Misalnya, "Ih, lagu kayak gini kok bisa viral sih? Selera netizen tuh aneh."

Jadi, tidak suka itu soal rasa, sedangkan nyinyir itu soal cara menyampaikan rasa itu—biasanya dengan nada negatif dan menjatuhkan.

Contoh yang lebih sehari-hari, misalnya soal teman yang suka upload selfie tiap hari di Instagram.

  • Tidak suka:
    “Aku kurang suka liat orang upload selfie terus, kayak bukan tipe konten yang aku nikmati aja.”
    Tapi kamu gak ngomong apa-apa, cuma scroll lewat atau mute akunnya.

  • Nyinyir:
    Kamu ngomong (langsung atau di status/media sosial), “Dikit-dikit selfie, emang gak capek ya pamer muka tiap hari? Pede banget padahal biasa aja.”
    Atau kamu komen, “Wah, baru sehari gak selfie, sehat?”

Jadi kalau cuma gak suka, itu urusan pribadi. Tapi kalau nyinyir, udah mulai masuk ranah nyindir atau mengomentari dengan nada merendahkan.

Dalam perspektif agama, terutama dalam Islam, nyinyir sangat dekat dengan perbuatan yang dilarang, karena biasanya mengandung unsur:

  1. Ghibah (menggunjing) – membicarakan keburukan orang lain di belakangnya, walaupun benar. Dalam Al-Qur'an, ini disamakan dengan memakan daging saudaranya sendiri (QS. Al-Hujurat: 12).

  2. Sukhriyah (merendahkan orang lain) – mengejek atau meremehkan orang lain, yang juga dilarang (QS. Al-Hujurat: 11).

  3. Namimah (adu domba) – menyebarkan komentar yang bisa memecah belah atau menimbulkan konflik.

  4. Sifat sombong atau merasa paling benar – yang sering jadi akar dari nyinyiran, seperti ingin terlihat lebih baik dengan menjatuhkan orang lain.

Jadi, nyinyir bukan cuma soal etika sosial, tapi juga punya konsekuensi spiritual. Islam mengajarkan untuk menjaga lisan, bersikap lembut, dan menyampaikan kritik dengan adab, bukan dengan sinisme.

Postingan populer dari blog ini

SMK SMAKBO baru

Durian Kabupaten Purworejo

Parkir Kendaraan Bermotor di Stasiun Bogor