Maaf Tuhanku, Aku Sibuk

Namaku Reza.

Aku bangun pagi bukan untuk bersujud, tapi untuk mengejar dunia. Laptop adalah kitab suciku, kopi adalah air suciku, dan notifikasi ponsel adalah azan yang paling sering kuikuti. Aku hidup dalam kalender, bernapas dalam deadline, dan tidur dalam pelukan mimpi-mimpi duniawi.


Aku pernah janji pada Tuhan: "Nanti, jika aku sudah sukses, aku akan kembali. Aku akan menyembah-Mu lagi. Tapi sekarang, izinkan aku mengejar dulu."

Dan Tuhan, yang Maha Pengertian, diam saja. Tidak menuntut, tidak mendesak. Hanya diam… seperti langit yang menatap manusia dengan sabar.


Tahun-tahun berlalu. Karierku naik. Angka-angka di rekening bankku bertambah. Tapi setiap malam, ketika lampu padam dan aku sendirian, ada ruang kosong di dadaku yang tidak bisa diisi oleh gaji atau penghargaan apa pun.


Lalu suatu hari, tubuhku menyerah. Aku ambruk di tengah presentasi. Rumah sakit menjadi tempatku berteduh. Di sana, tidak ada jadwal. Tidak ada klien. Hanya aku, selang infus, dan detak jantung yang mengingatkanku: aku rapuh.


Di malam itu, ketika dunia akhirnya diam, aku menatap langit-langit putih kamar rumah sakit dan berkata lirih,

"Maaf, Tuhan… Aku terlalu sibuk. Aku menyembah-Mu belakangan. Aku kira aku bisa menunda. Tapi ternyata, aku tak pernah punya waktu."


Air mataku jatuh. Bukan karena sakit di tubuhku, tapi karena sadar: aku telah jauh. Terlalu jauh.


Dengan tubuh lemah, aku berwudu. Tanganku gemetar, tapi hatiku mulai tenang. Aku bersujud. Untuk pertama kalinya dalam sekian lama, aku menyapa Dia yang tak pernah benar-benar kutinggalkan, meski aku terus berpaling.


Sejak malam itu, hidupku berubah. Bukan karena aku tiba-tiba jadi suci atau berhenti bekerja. Tapi kini aku tahu, bahwa dunia hanyalah titipan. Aku tetap mengejar mimpi, tapi tidak lagi membiarkan diriku melupakan Sang Pemilik Mimpi.


Aku mungkin tak sekaya dulu, tak seglamor dulu. Tapi untuk pertama kalinya dalam hidupku—aku damai.



---




Postingan populer dari blog ini

SMK SMAKBO baru

Durian Kabupaten Purworejo

Parkir Kendaraan Bermotor di Stasiun Bogor