Jangan Sampai Seperti Tebu

 

Banyak yang sudah tahu, tanaman tebu. Banyak sekali ditanam di beberapa tempat. Biasanya ditanam untuk menyuplai pabrik gula. Tanaman yang menghasilkan rasa manis ketika digigit. Kalau diperas akan menghasilkan gula. 

Namun, ini berbeda dari hal tersebut, sebuahe Sebutan "pria tebu" atau "wanita tebu" biasanya dipakai secara kiasan atau sindiran. Kata "tebu" sendiri manis di luar, tapi setelah diperas habis, dibuang begitu saja. Jadi, narasi yang pas untuk istilah ini seringkali merujuk pada seseorang yang dimanfaatkan karena kebaikannya atau ketulusannya, lalu ditinggalkan saat sudah tidak dibutuhkan lagi.

Mungkin dapat diuraikan sebagai berikut : 

“Disebut pria/wanita tebu karena mereka manis, baik, dan tulus di awal—mudah disukai dan selalu ada saat dibutuhkan. Tapi sayangnya, seringkali mereka hanya dimanfaatkan. Setelah ‘sari’-nya diambil, mereka ditinggalkan begitu saja, seperti batang tebu yang dibuang setelah diperas habis.”

Atau

 "Jangan biarkan dirimu jadi pria atau wanita tebu—manis, tulus, lalu habis-habisan diperas dan ditinggalkan. Kebaikanmu itu berharga, tapi bukan untuk sembarang orang. Belajarlah untuk memberi dengan bijak, mencintai dengan sadar, dan berhenti ketika kamu mulai merasa tidak dihargai. Kamu bukan tebu—kamu manusia yang pantas dicintai, bukan dimanfaatkan."

Atau

"Katanya sih manis, tapi kok cuma dicari pas butuh? Mungkin karena kamu terlalu mirip tebu—diperas habis-habisan, lalu dibuang saat tak lagi berguna. Gak salah jadi baik, tapi salah kalau terus ngizinin diri dimanfaatkan. Sadarlah, kamu bukan tebu. Kalau mereka cuma datang pas haus, itu tandanya kamu cuma jadi pelepas dahaga, bukan yang benar-benar mereka butuhkan."



Postingan populer dari blog ini

SMK SMAKBO baru

Durian Kabupaten Purworejo

Parkir Kendaraan Bermotor di Stasiun Bogor