Ketika Nilai Tak Mencerminkan Usaha
Baru saja saya mendengar cerita dari anak tentang kejadian di sekolahnya. Katanya, ada empat orang yang menyontek saat ujian. Jumlah yang tidak sedikit. Satu kelas sekitar 30, hampir 10%. Padahal sudah diingatkan tentang larangan itu. Anak saya merasa tidak terima kalau nanti nilainya lebih rendah dari mereka yang menyontek.
Sebagai orang tua, saya memahami perasaannya—merasa perjuangannya tidak dihargai. Tapi justru dari sini saya melihat satu hal penting: ia masih punya hati nurani.
Saya katakan padanya bahwa menyontek bukan hanya tindakan curang, tapi juga melatih diri untuk tidak percaya pada kemampuan sendiri. Mereka yang menyontek, jika dibiarkan terus, bisa kehilangan rasa percaya diri, terbiasa berbohong, dan tidak lagi takut pada Tuhan. Karena sudah tahu itu salah, tapi tetap dilakukan.
Kejujuran mungkin tak langsung membuahkan hasil yang gemilang. Tapi saya yakin, karakter yang dibentuk dari kejujuran akan bertahan jauh lebih lama daripada nilai di atas kertas. Saya bangga pada anak saya yang tetap memilih jalan jujur, meskipun terasa berat. Karena dalam hidup, kemenangan sejati bukan soal angka, tapi soal siapa yang bisa tetap berdiri tegak dengan integritas.