Postingan

Menampilkan postingan dari 2025

Skema Ponzi dan Iman yang Tergadai oleh Janji Manis

Salah satu alasan mengapa banyak orang terjebak dalam investasi bodong adalah karena daya tarik skema Ponzi yang begitu menggiurkan. Janji return tinggi dan cepat membuat banyak orang gelap mata. Padahal, jika ditelusuri lebih jauh, tidak pernah jelas dari mana keuntungan itu berasal. Skema Ponzi bekerja dengan pola sederhana: uang dari anggota baru digunakan untuk membayar keuntungan kepada anggota lama. Tidak ada kegiatan usaha yang nyata. Tidak ada nilai tambah yang diciptakan. Semuanya hanyalah ilusi pertumbuhan yang pada akhirnya akan runtuh, karena jumlah orang yang dibutuhkan untuk menjaga sistem terus berjalan akan semakin besar — dan itu mustahil dipertahankan dalam jangka panjang. Ironisnya, iming-iming ini justru sering dikemas secara profesional: dengan kantor megah, seminar motivasi, testimoni para "korban yang belum sadar", hingga simbol-simbol religius untuk menumbuhkan rasa percaya. Dalam banyak kasus, kepercayaan bukan hanya diberikan secara finansial, teta...

Penyesalan datang di belakang

Perasaan yang sangat umum dialami banyak orang terhadap penyesalan yang datang di belakang.  Dulu, saat masih SD atau SMP, hidup terasa seperti rutinitas: datang ke sekolah, mengerjakan PR, lalu pulang. Semua dijalani sebatas kewajiban, bukan karena memahami tujuan. Saat SMA, mulai terasa sedikit kesadaran. Ada momen nongkrong dengan teman, belajar pun mulai lebih serius — sedikit demi sedikit muncul keinginan untuk jadi seseorang, walau belum jelas siapa. Lalu kuliah pun datang. Harapan baru terbuka, tapi seringkali kita hanya menjalani yang penting lulus. Nilai akademik biasa saja, semangat pun naik turun. Fokus lebih banyak ke organisasi, teman, atau sekadar bertahan hidup di kota perantauan. Namun semua itu akan terasa ketika dunia kerja datang. Saat tanggung jawab mulai menumpuk, tekanan hidup datang dari segala arah, dan kompetisi tak kenal ampun. Di titik itulah sering muncul penyesalan: "Andai dulu aku belajar lebih giat..." "Andai aku manfaatkan waktu lebi...

Belajar dari Kasus Investasi Bodong yang Terus Terulang

Sudah tak terhitung lagi jumlah kasus investasi yang merugikan masyarakat. Mulai dari investasi berkedok koperasi, hingga platform digital yang menawarkan imbal hasil tinggi dengan dalih "legal dan terpercaya". Ironisnya, meski berbagai berita dan peringatan sudah tersebar luas, kasus serupa tetap berulang. Ketika sebuah skema investasi sedang naik daun dan banyak orang terlihat "berhasil", yang terjadi justru sebaliknya: logika dikalahkan oleh nafsu keuntungan. Dalam situasi seperti ini, siapapun yang mencoba memberi peringatan sering dianggap penghalang rezeki atau bahkan dicap sebagai orang yang iri. Sayangnya, kesadaran itu baru datang setelah semuanya terlambat. Ketika aliran dana mulai macet, ketika janji manis mulai berganti alasan dan penundaan, barulah perlahan muncul rasa menyesal. Sayangnya, penyesalan itu tak bisa membeli kembali uang yang hilang. Sudah saatnya kita belajar lebih dalam, bukan hanya dari teori investasi yang sehat, tapi dari kisah nyat...

Waktu Lebih Mahal dari Uang

Sering kita dengar ungkapan, “waktu adalah uang.” Tapi semakin dewasa, saya justru semakin yakin bahwa ungkapan itu salah—atau setidaknya kurang tepat. Karena dalam kenyataannya, waktu jauh lebih mahal daripada uang. Bayangkan ini: seseorang memiliki kekayaan triliunan rupiah di usia 70 tahun. Dengan tubuh yang sudah renta, tenaga yang terbatas, dan waktu yang tak lagi panjang. Lalu datang tawaran: “Tukarkan semua uangmu, dan kamu akan kembali ke usia 20 tahun.” Saya yakin, banyak orang akan menyetujuinya tanpa ragu. Kenapa? Karena uang sebanyak apa pun tak bisa membeli ulang masa muda, kesehatan, atau kesempatan yang telah lewat. Inilah yang seharusnya menjadi pengingat bagi kita yang masih memiliki waktu, tenaga, dan usia produktif: jangan menukar semuanya hanya untuk mengejar uang. Terlalu banyak orang menghabiskan masa mudanya bekerja keras siang dan malam demi mengumpulkan harta, lalu di usia senja mengeluarkan semua harta itu demi mengobati tubuh yang sakit, membayar waktu yan...

Khatmul Qur’an Angkatan 27 SDIT Ummul Quro Bogor

Gambar
Di tengah zaman yang penuh hiruk-pikuk dan disrupsi moral, menyaksikan anak-anak kecil menamatkan bacaan Al-Qur’an bukan sekadar peristiwa biasa. Ia adalah secercah harapan di tengah krisis teladan. Acara Khatmul Qur’an Angkatan 27 SDIT Ummul Quro Bogor dilaksanakan tanggal 14 Juni 2025, diikuti sebanyak 150 siswa dan siswi kelas 6 SDIT Ummul Quro. Kegiatan ini digelar di Aula SMAIT Ummul Quro menjadi bukti nyata bahwa cahaya itu masih ada, dan terus menyala. Tema yang diusung tahun ini, "Lanjutkan Perjuangan, Raih Kemuliaan Menjadi Ahlul Qur’an," bukan sekadar slogan. Ia adalah seruan kepada setiap jiwa, baik yang muda maupun yang tua, untuk menjadikan Al-Qur’an bukan hanya sebagai bacaan, tapi sebagai pedoman dan jalan hidup. Bahwa perjuangan menjadi bagian dari Ahlul Qur’an tidak berhenti di ujung wisuda, tapi justru baru dimulai. Sebagai orang tua, menyaksikan anak kami—anak kelima dalam keluarga—menjadi bagian dari momen sakral ini, adalah kebahagiaan yang tak tergan...

Koperasi atau Kedok Penipuan? Waspadai Skema Ponzi Berkedok Koperasi

Koperasi sejak lama dikenal sebagai soko guru perekonomian rakyat. Ia lahir dari semangat gotong royong, saling percaya, dan berbagi manfaat di antara anggota. Namun kini, sayangnya, nama baik koperasi semakin tercoreng oleh praktik-praktik manipulatif yang mengatasnamakan koperasi hanya sebagai kedok investasi ilegal . Salah satu kasus yang mulai mencuat adalah Koperasi Buana Lintas Nusantara. Koperasi yang berlokasi di Jawa Tengah ini, khususnya wilayah Salatiga dan Boyolali, menghebohkan publik dengan adanya indikasi penipuan investasi.  Dengan jumlah anggota yang diklaim mencapai 40 ribu orang dan modal hingga lebih dari 3 triliun rupiah, koperasi ini tampak megah dari luar. Unit usahanya pun banyak—lebih dari 24 jenis usaha mulai dari showroom mobil, agen travel, hingga properti. Namun di balik tampilan luar itu, muncul pertanyaan serius: apakah benar ini koperasi sehat, atau sekadar skema ponzi terselubung? Indikasi koperasi yang sehat adalah Pertama, koperasi ini memiliki ...

Kita Semua Sedang Kehabisan Waktu

Setiap manusia yang lahir ke dunia, sejatinya sedang berjalan menyusuri waktu yang terus berkurang. Ini bukan hal yang kita sadari setiap hari, karena kesibukan dan rutinitas sering menutupi kenyataan bahwa waktu adalah sumber daya yang tak bisa diperbarui. Ia tidak bertambah, hanya berkurang. Setiap hari yang kita lewati, bukanlah penambahan umur, melainkan pengurangan jatah hidup. Tubuh yang dulunya kuat perlahan menjadi ringkih. Kita menjadi seperti komputer yang usang: butuh servis, perbaikan, bahkan penggantian suku cadang agar tetap bisa berfungsi. Obat-obatan, terapi, operasi—semua upaya kita untuk memperpanjang fungsi fisik, agar raga bisa terus berjalan walau tidak lagi sempurna. Namun menariknya, ada satu hal yang membuat manusia berbeda dari sekadar mesin: nyawa, atau lebih tepatnya, jejak yang kita tinggalkan. Ketika komputer rusak dan tak bisa lagi digunakan, data di dalamnya masih bisa diakses—ia menyimpan memori, catatan, file penting. Demikian juga manusia. Ketika rag...

Contoh SK Rekrutmen Satpam

Contoh Surat Keputusan (SK) Tim Rekrutmen Satpam yang bisa Anda gunakan atau sesuaikan dengan kebutuhan sebagai berikut : SURAT KEPUTUSAN Nomor: [Nomor SK]/[Kode]/[Tahun] TENTANG PEMBENTUKAN TIM REKRUTMEN SATPAM [NAMA PERUSAHAAN / INSTANSI] Menimbang: a. Bahwa dalam rangka memenuhi kebutuhan tenaga satuan pengamanan (Satpam) di lingkungan [nama perusahaan/instansi], perlu dilakukan proses rekrutmen secara objektif dan transparan. b. Bahwa untuk kelancaran proses tersebut, perlu dibentuk Tim Rekrutmen Satpam. Mengingat: Undang-Undang Nomor ... tentang ... Peraturan Pemerintah Nomor ... tentang ... [Aturan internal perusahaan/instansi, jika ada] MEMUTUSKAN: Menetapkan: PERTAMA: Membentuk Tim Rekrutmen Satpam di lingkungan [nama perusahaan/instansi], dengan susunan sebagai berikut: Penanggung Jawab: Nama: [Nama Atasan Tertinggi] Jabatan: [Jabatan, misal: Direktur Utama / Kepala Instansi] Ketua: Nama: [Nama Ketua Tim] Jabatan: [Jabatan] Sekretaris: Nama: [Nama S...

Stasiun Kecil Bernilai Besar: Refleksi dari Cilebut di Tengah Hujan

Sore itu, hujan deras mengguyur Stasiun Cilebut. Air tumpah dari langit seperti tidak ada habisnya, disertai angin yang membuat payung pun tak berdaya. Saya berjalan dari parkiran kendaraan di dekat Alfamidi menuju stasiun dengan tubuh yang akhirnya basah kuyup, meskipun sudah memakai payung. Namun bukan soal hujan yang ingin saya soroti. Di tengah derasnya cuaca dan kerumunan penumpang, saya justru merenungi betapa stasiun kecil seperti Cilebut menyimpan makna besar bagi ribuan orang. Di tengah guyuran hujan, stasiun ini tetap berdetak, tetap menjadi titik temu, tempat pulang, tempat harap. Setiap pagi dan sore, stasiun ini tak ubahnya semut yang tumpah dari sarangnya—padat, sibuk, hidup. Penumpang datang dan pergi dalam alur yang teratur, menunjukkan betapa vitalnya peran transportasi massal murah seperti kereta listrik bagi masyarakat urban dan suburban. Di sekeliling stasiun, denyut ekonomi mikro menggeliat. Warung-warung makanan, tukang ojek, penitipan motor, hingga gerai minum...

Bahu Jalan Bukan Jalur Cepat

Bahu jalan sejatinya disediakan untuk keadaan darurat. Fungsi utamanya adalah sebagai ruang aman ketika kendaraan mengalami kerusakan, seperti ban bocor, mogok, atau insiden kecil lainnya. Di jalan tol khususnya, bahu jalan menjadi tempat vital untuk evakuasi darurat atau akses kendaraan patroli dan ambulans. Namun, realita di lapangan sering kali jauh dari ideal. Sering kita mendengar atau membaca berita tentang kecelakaan yang terjadi karena adanya kendaraan yang berhenti di bahu jalan. Lebih miris lagi, penyebabnya bukan karena bahu jalan digunakan sebagaimana mestinya, melainkan karena disalahgunakan. Salah satu bentuk pelanggaran paling berbahaya adalah pengemudi yang menyalip lewat bahu jalan demi menghindari kemacetan. Tindakan ini bukan hanya tidak etis, tetapi juga sangat membahayakan keselamatan pengguna jalan lain. Pelanggaran semacam ini menunjukkan rendahnya kesadaran berkendara dan kepatuhan terhadap aturan lalu lintas. Bahu jalan bukanlah jalur tambahan untuk mempercep...

ATM Hidup: Ketika Inovasi Rakyat Menantang Sistem Formal

Beberapa hari terakhir, publik dikejutkan oleh fenomena tak biasa dari Madura. Seorang wanita berkeliling di tengah keramaian dengan atribut unik: bando di kepala bertuliskan nomor rekening, dan sebuah layanan yang mengundang tanya—ia menerima setor dan tarik tunai, layaknya mesin ATM berjalan. Dengan tarif 3% untuk tarik dan 5% untuk setor, ia menjelma menjadi "ATM hidup". Kita tentu terbiasa dengan kehadiran ATM sebagai mesin dingin, tersembunyi di pojok bank, minimarket atau pusat perbelanjaan. Tapi kali ini, ATM itu bernapas, berjalan, bahkan bisa menawar. Inilah potret unik bagaimana kreativitas rakyat muncul dari celah kebutuhan yang belum terpenuhi.  Fenomena ini layak menjadi bahan renungan. Di satu sisi, ATM hidup ini adalah cermin dari kelincahan masyarakat dalam menghadapi keterbatasan akses keuangan. Tidak semua orang punya akses mudah ke mesin ATM, terlebih di daerah yang mungkin infrastrukturnya terbatas. Maka muncullah solusi organik: manusia menggantikan me...

Mengangkat Kembali Tari Cing Po Ling, Warisan yang Terlupakan

Ketika berbicara tentang seni tradisional Purworejo, kebanyakan orang akan langsung menyebut tari Dolalak. Tarian ini memang sudah melekat kuat dalam identitas budaya masyarakat Purworejo. Namun, sangat disayangkan bahwa masih ada tarian tradisional lain yang nyaris tenggelam oleh zaman—tari Cing Po Ling . Tari Cing Po Ling berasal dari Desa Kesawen, Kecamatan Pituruh, Kabupaten Purworejo. Ia bukan sekadar hiburan, melainkan warisan budaya yang diturunkan secara turun-temurun dari generasi ke generasi. Tarian ini dibawakan secara berkelompok, di tempat terbuka, biasanya lapangan dan konon memiliki makna historis dan spiritual bagi masyarakat setempat. Sayangnya, namanya tidak sepopuler Tari Dolalak. Ia hidup dalam lingkup yang kecil, hanya dikenal oleh warga desa asalnya, lingkungan sekitarnya dan perlahan mulai dilupakan. Mungkin banyak warga Kabupaten Purworejo yang bahkan tidak mengenal tarian ini.  Menurut saya, hal ini menyedihkan. Di tengah gempuran budaya populer dan hibur...

Ketika Anak Bertanya: “Bagaimana Kalau Uang Korupsi Disumbangkan?

Suatu sore, saya berdiskusi dengan anak keempat saya yang masih duduk di bangku SMP. Dia anak yang pendiam, tidak banyak bicara, tetapi sering tenggelam dalam buku-buku yang saya sendiri tidak menyangka akan dibacanya. Mein Kampf , Madilog , bahkan beberapa buku sejarah dan filsafat politik pernah saya lihat ia rangkum dengan penuh semangat. Lalu dia tiba-tiba bertanya, “Pak, bagaimana kalau uang hasil korupsi tidak dipakai sendiri, tapi disumbangkan?” Saya sempat terdiam. Bukan karena saya tidak tahu jawabannya, tapi karena saya tak menyangka pertanyaan seberat itu datang dari anak seusianya. Setelah menarik napas, saya jawab, “Tuhan menyukai hal yang baik. Maka yang diberikan atau disumbangkan pun harus berasal dari hal yang baik. Korupsi itu bukan hal baik, jadi uangnya pun tidak pantas dipakai, apalagi disumbangkan.” Anak saya tampak merenung, lalu bertanya lagi, “Pak, bagaimana kita tahu bahwa itu suap? Kan orangnya gak bilang apa-apa waktu memberi?” Saya jawab dengan perlahan...

Teruslah Melangkah Sepakbola Indonesia

Dunia sepakbola Indonesia tengah mengalami euforia yang luar biasa. Pencapaian demi pencapaian diraih, hingga kini kita mampu mengimbangi negara-negara besar di pentas internasional. Ini bukan sekadar soal pertandingan—ini tentang harapan dan kebanggaan, tentang semangat juang yang tak pernah padam demi meraih impian lolos ke Piala Dunia. Sepakbola menyatukan kita semua. Ia melampaui sekat-sekat perbedaan, menyatukan seluruh elemen bangsa dalam satu semangat yang sama. Di tengah keresahan dan tantangan hidup, sepakbola hadir sebagai penghibur dan pemersatu. Sebuah energi kolektif yang menguatkan. Apresiasi setinggi-tingginya untuk tim nasional Indonesia—para pemain, pelatih, ofisial, dan semua pihak yang telah berjuang dengan sepenuh hati. Terima kasih telah membawa kebanggaan dan harapan bagi seluruh rakyat. Dan meski masih banyak negara yang belum mengapresiasi pencapaian ini, lupakan saja. Kita tidak butuh pengakuan untuk terus maju. Yang kita perlukan adalah konsistensi, sportiv...

Makna Kurban: Lebih dari Sekadar Penyembelihan

Gambar
Idul Adha bukan hanya tentang menyembelih hewan kurban. Lebih dari itu, ia adalah momentum spiritual yang mengajarkan tentang keikhlasan, pengorbanan, dan kepedulian sosial. Tahun ini, Idul Adha 1446 H, keluarga kami kembali ikut serta dalam ibadah kurban. Mbah dan Kiki berkurban rombongan sapi di kampung halaman, Purworejo tercinta. Menariknya, ini adalah tahun kedua Kiki berkurban dengan uangnya sendiri. Sebuah pencapaian kecil yang membanggakan, sekaligus pengingat bahwa semangat berkurban bisa tumbuh sejak muda. Sementara itu, saya sendiri tetap berkurban kambing di masjid dekat perumahan, salah satu perumahan di Kota Bogor. Kali ini, dapat nomor urut 13 dari total 16 ekor kambing yang disembelih, ditambah 5 ekor sapi dari para pekurban lainnya. Penyembelihan dilakukan setelah pelaksanaan salat Idul Adha, sesuai sunnah yang diajarkan Nabi Ibrahim AS. Ada perasaan hangat saat menyaksikan banyak orang—dari berbagai latar belakang—ikut berkurban. Di balik prosesi penyembelihan, ter...

Bangun Tidur: Anugerah yang Terlupakan

Setiap pagi, jutaan manusia di seluruh dunia terbangun dari tidurnya. Sebagian besar dari mereka segera beranjak menjalani rutinitas harian—mencuci muka, menyiapkan sarapan, mengecek ponsel, lalu pergi bekerja atau belajar. Aktivitas itu begitu biasa, seolah merupakan bagian otomatis dari kehidupan. Namun, sangat sedikit yang berhenti sejenak untuk merenung bahwa bangun dari tidur sebenarnya bukan hal yang sepele. Ia adalah sebuah anugerah besar yang kerap kita lupakan. Bangun dari tidur adalah pertanda bahwa kita diberi kesempatan baru oleh Tuhan untuk melanjutkan hidup. Jantung kita masih berdetak, paru-paru kita masih berfungsi, dan nyawa masih bersemayam di tubuh kita. Tapi jika Tuhan berkehendak lain, bisa saja malam tadi menjadi malam terakhir kita di dunia. Kita bisa tertidur tanpa pernah terbangun lagi. Ironisnya, kematian pun sering dianggap biasa. Ketika seseorang meninggal dalam tidurnya, reaksi umum adalah kalimat seperti, “Memang sudah waktunya.” Padahal, di balik kepasr...

Pelepasan Angkatan 21 SMP IT Ummul Quro Bogor tahun 2025

Gambar
Hari ini, 4 Juni 2025, menjadi salah satu momen penting dalam perjalanan tumbuh anak kami. Di Gedung Harmony Banquet Halls, Yasmin Center, Kota Bogor, sebanyak 182 siswa kelas 9 SMP IT Ummul Quro resmi dilepas dalam sebuah prosesi yang hangat dan penuh makna. Di antara mereka, ada anak keempat kami, yang menutup satu babak penting dalam hidupnya—masa pendidikan dasar selama hampir 10 tahun di sekolah Islam terpadu ini. Ada rasa haru, syukur, sekaligus renungan. Selama satu dekade, lingkungan sekolah ini telah membentuk karakter dan kebiasaan anak-anak kami. Mereka tumbuh dalam ruang yang bernuansa religius, disiplin, dan relatif homogen. Tapi justru karena itulah, hari ini kami memantapkan pilihan: untuk jenjang pendidikan berikutnya, anak kami akan melangkah ke tempat yang lebih beragam—dari segi ekonomi, sosial, dan bahkan pandangan hidup. Ini bukan semata tentang mencari sekolah "lebih baik", tapi lebih tentang menyiapkan anak menghadapi kenyataan hidup yang lebih luas. ...

Keberuntungan adalah Privilege dari Tuhan

Keberuntungan sejatinya bukan sesuatu yang turun begitu saja. Ia tidak hadir tiba-tiba tanpa sebab. Keberuntungan adalah privilege dari Tuhan—sebuah anugerah yang diberikan kepada mereka yang telah berupaya dengan sungguh-sungguh melakukan kebaikan, baik kepada sesama maupun kepada Tuhannya. Dalam kehidupan ini, kita sering melihat orang yang tampak dimudahkan jalannya, rezekinya lancar, dan masalahnya cepat terselesaikan. Mudah bagi kita menyebutnya “beruntung.” Namun jarang kita menyadari bahwa di balik itu ada proses panjang: ibadah yang istiqamah, amal yang konsisten, sikap hormat kepada orang tua, dan tekad untuk tidak merugikan siapa pun. Keberuntungan bukan hasil dari tidur panjang atau angan-angan kosong. Ia adalah hasil dari ketulusan dan usaha yang mungkin tak pernah dilihat oleh siapa pun, kecuali Tuhan. Maka ketika keberuntungan datang, itu bukan karena kebetulan. Itu karena Tuhan melihat perjuangan kita—dan menghadiahinya dengan kemudahan. Jadi, alih-alih menanti keber...

Ketika Ormas Menantang TNI, Di Mana Wibawa Hukum Kita?

Baru-baru ini, publik dikejutkan oleh peristiwa cekcok antara sebuah organisasi kemasyarakatan (ormas) dengan anggota TNI. Lebih dari sekadar adu mulut, kejadian itu melibatkan tindakan fisik berupa penendangan dan pendobrakan kendaraan dinas milik aparat. Insiden ini bukan hanya mencoreng citra ormas sebagai elemen sosial, tetapi juga menimbulkan kekhawatiran mendalam: jika terhadap TNI saja mereka berani bersikap brutal, bagaimana mereka akan memperlakukan masyarakat sipil biasa? Ini bukan persoalan personal. Ini adalah tindakan yang menyangkut wibawa institusi negara. TNI bukan individu semata, melainkan simbol pertahanan negara. Ketika institusi seperti ini dilecehkan secara terbuka, maka yang dilukai bukan hanya seorang prajurit, tetapi otoritas hukum dan negara secara keseluruhan. Sayangnya, dalam banyak kasus serupa, penyelesaian justru berhenti pada permintaan maaf. Padahal, dalam konteks ini, permintaan maaf saja dirasa tidak cukup. Tindakan kekerasan dan perusakan, apalagi te...

Membuat Roti, Menikmati Prosesnya

Gambar
Ada sesuatu yang menyenangkan dari membuat roti sendiri di rumah. Hari ini, saya mencoba membuat roti oregano isi sosis , dan ternyata prosesnya bukan hanya soal mencampur bahan dan memanggang, tapi juga soal ketenangan dan kepuasan saat melihat adonan mengembang perlahan. Dimulai dari menakar tepung, susu cair, gula, fermipan, hingga oregano—semuanya terasa seperti ritual kecil yang menenangkan. Menguleni adonan sampai kalis menjadi semacam meditasi ringan. Ketika adonan dibiarkan mengembang selama 30 menit, ada rasa antisipasi yang tak bisa dijelaskan: apakah akan berhasil? Apakah mengembang dengan sempurna? Sosis yang dibelah dua untuk isian bukan hanya soal teknik agar tidak terlalu tebal, tapi juga cerminan dari perhatian pada detail. Setelah roti dibentuk dan diisi, saya kembali menunggu, kali ini agar roti ‘beristirahat’ sebelum dipanggang. Oven pun dipanaskan di suhu 180 derajat, dan begitu roti masuk, aroma oregano mulai memenuhi dapur. Ada kepuasan tersendiri saat mengecek...

Jajanan Masa Lalu di Ujung Jalan Pengadilan Bogor

Gambar
Sabtu pagi, 31 Mei 2025, saya berjalan-jalan ke Pasar Anyar, salah satu denyut nadi Kota Bogor yang tak pernah benar-benar sepi. Di ujung Jalan Pengadilan, saya menemukan pemandangan yang menyentuh hati—seorang pedagang kue basah dengan gerobak dorong sederhana, menjajakan jajanan tradisional yang kini mulai langka: jongkong, putri noong, gurandil, putu mayang lupis nagasari, hingga cenil.  Kue jongkong yang lembut dengan rasa gurih manis, putri noong yang berwarna cerah, gurandil kenyal menggoda, nagasari berbalut daun pisang harum, lupis dan putu mayang disiram gula merah yang manis dan cenil dengan taburan kelapa parut. Melihat jajanan itu, saya seolah dilempar kembali ke masa kecil. Masa ketika kue-kue ini bukan hanya makanan, tapi bagian dari keseharian—dibeli sepulang sekolah, disuguhkan saat arisan, atau dibawa saat berkunjung ke rumah saudara. Jajanan masa lalu yang mungkin kini mulai asing di telinga generasi muda. Tapi di sini, di tengah hiruk pikuk pasar yang terus berg...

Kembali Donor Darah: Langkah Kecil, Dampak Besar

Setelah cukup lama tidak berdonor di tahun 2025, hari—Jumat, 30 Mei 2025—saya akhirnya memutuskan untuk memulai kembali ke kebiasaan baik ini. Donor darah bukan hanya tentang memberi, tapi juga tentang kesadaran, kepedulian, dan konsistensi untuk menjadi bagian dari solusi kemanusiaan, sekecil apa pun perannya. Seperti biasa, saya mempersiapkan diri dengan sarapan sederhana, memperbanyak minum air putih, dan berjalan kaki sekitar 30 menit sebelum menuju PMI Kota Bogor di Jalan Kresna. Ini sudah menjadi rutinitas kecil yang saya anggap penting—karena tubuh yang siap akan membuat proses donor berjalan lebih lancar. Setibanya di PMI, saya disambut dengan sistem pendaftaran mandiri melalui layar komputer di dekat pintu masuk. Dengan memasukkan kode pendonor dan menjawab beberapa pertanyaan kesehatan yang tampil di layar, proses menjadi lebih praktis dan efisien. Setelah itu, saya menjalani pemeriksaan oleh tenaga medis: berat badan, suhu tubuh, tekanan darah, hemoglobin—semua harus sesua...

Kepercayaan Konsumen, Mata Uang yang Tak Ternilai

Kepercayaan konsumen adalah fondasi dari keberlangsungan sebuah bisnis. Ia ibarat mata uang—memiliki nilai, bisa diperjualbelikan secara tidak langsung melalui reputasi, dan harus dijaga agar tetap stabil. Sekali nilainya jatuh, butuh waktu lama untuk memulihkannya, bahkan kadang mustahil. Kepercayaan bukanlah sesuatu yang bisa dibeli dengan iklan mahal atau promosi besar-besaran; ia dibangun dari konsistensi, kejujuran, dan transparansi. Salah satu contoh paling nyata adalah kasus sebuah brand ayam goreng legendaris yang selama hampir 50 tahun menjadi ikon karena rasa dan popularitasnya. Sayangnya, selama puluhan tahun itu pula, tidak pernah ada kejelasan mengenai status kehalalan produknya. Saat isu ini mencuat ke publik, reaksi konsumen sangat cepat dan tajam. Kepercayaan yang dulu begitu besar, yang diwariskan lintas generasi karena kenikmatan rasa, runtuh hanya dalam hitungan hari. Legenda itu berubah menjadi keraguan. Apa pelajaran penting dari kasus ini? Bahwa kepercayaan buka...

Anak Bukan untuk Membalas Jasa

Dalam kehidupan ini, tidak ada satu pun anak yang meminta untuk dilahirkan. Mereka hadir karena keputusan dan keinginan orang tua. Maka dari itu, sebagai orang tua, sudah semestinya kita menyadari bahwa kehadiran seorang anak bukanlah utang budi yang kelak harus dibayar. Mereka tidak berutang apa pun kepada kita. Tugas orang tua bukanlah menanam harapan akan balas jasa di masa depan, tetapi menjadi pelindung, pembimbing, dan pendamping dalam setiap fase kehidupan anak—dari bayi, remaja, dewasa, hingga tua. Memberi cinta tanpa syarat, memberikan ruang untuk tumbuh sesuai jati dirinya, serta membekali mereka dengan kemandirian dan kepercayaan diri. Itulah tujuan sejati dalam membesarkan anak. Banyak orang tua yang tanpa sadar menanamkan beban moral kepada anak: "Ibu sudah berkorban banyak untukmu," atau "Ayah ingin kamu jadi seperti ini demi masa depanmu." Padahal, pengorbanan orang tua seharusnya tidak menjadi alasan untuk mengendalikan hidup anak. Menjadi orang tu...

Budaya Serobot: Ketika Ketidaksabaran Menjadi Kebiasaan Kolektif

Di banyak kota besar, Jakarta, Semarang, Bandung, Surabaya bahkan kota Bogor pun, kita sering menyaksikan fenomena yang sayangnya sudah dianggap “biasa”: pengendara yang melawan arus, menerobos lampu merah, menyerobot antrean, bahkan memblokir jalan lawan arah demi "kecepatan" pribadi. Marka jalan hanya dianggap sebagai lukisan jalanan, bukan panduan. Rambu lalu lintas sekadar dekorasi. Ketertiban seolah menjadi pilihan, bukan kewajiban. Ironisnya, semua pelanggaran ini dilakukan atas nama efisiensi waktu. Namun kenyataannya, justru menciptakan kemacetan yang lebih parah, kekacauan, bahkan konflik antar pengguna jalan. Budaya serobot lahir dari ketidaksabaran, dan lebih buruk lagi—ia tumbuh subur karena kurangnya penegakan hukum dan rendahnya rasa empati. Apa yang salah dari menunggu giliran? Mengapa menghormati aturan kini dianggap “kuno” atau bahkan “bodoh”? Ketika orang berlomba-lomba mencari jalan pintas—secara harfiah dan kiasan—maka yang dikorbankan adalah kepentingan...

Semua Punya Waktu yang Sama, Tapi Kenapa Hasilnya Berbeda?

Kita semua diberikan waktu yang sama: 24 jam dalam sehari. Tidak peduli apakah kita seorang ilmuwan seperti Einstein, seorang pengusaha sukses seperti Chairul Tanjung, atau seorang ulama seperti Gus Baha. Setiap hari dimulai dari pukul 00.00 hingga 24.00. Namun kenyataannya, hasil hidup kita sangat berbeda-beda. Ada yang tumbuh menjadi pribadi luar biasa, sukses, dan memberi dampak besar bagi sekitarnya. Tapi ada pula yang hidupnya tampak begitu-begitu saja, bahkan ada yang tersesat dalam berbagai persoalan. Kenapa bisa begitu? Jawabannya sederhana tapi dalam: karena cara kita menggunakan waktu itu berbeda. Waktu bukan sekadar angka di jam dinding, tapi sumber daya kehidupan yang harus diolah dengan kesadaran. Ada orang yang mengisi waktunya dengan belajar, membangun relasi yang sehat, bekerja keras, dan terus memperbaiki diri. Tapi ada juga yang menghabiskan hari-harinya dengan menunda, mengeluh, atau larut dalam distraksi tanpa arah. Faktor lain yang tidak bisa diabaikan adalah vi...

Transparansi Halal dalam Penjualan Makanan adalah Kewajiban Moral

Belakangan ini, masyarakat Indonesia kembali dihebohkan oleh berita yang, sekilas, tampak sepele: penjualan ayam goreng. Namun, ternyata yang menjadi pusat perhatian bukanlah soal ayam gorengnya itu sendiri, melainkan bahan campuran dalam proses pembuatannya—khususnya pada bagian kremes—yang diduga mengandung unsur tidak halal. Dalam konteks negara dengan mayoritas penduduk beragama Islam seperti Indonesia, persoalan ini tentu tidak bisa dianggap remeh. Ini bukan lagi sekadar urusan dagang, melainkan menyentuh ranah etika, kepercayaan, dan sensitivitas agama. Setiap orang memang memiliki hak yang sama untuk berjualan, termasuk menjual makanan seperti ayam goreng. Tidak ada larangan dalam konstitusi atau hukum yang melarang siapa pun untuk membuka usaha kuliner selama tidak melanggar aturan yang berlaku. Namun demikian, dalam masyarakat majemuk seperti Indonesia—terutama dengan dominasi umat Muslim—ada norma sosial dan tanggung jawab moral yang harus dijunjung tinggi oleh setiap pelaku...

Ketika Batas Norma Agama Dilanggar—Tragedi Moral di Balik Kasus Menantu dan Mertua

Belum lama ini, masyarakat kita dikejutkan oleh sebuah berita yang begitu menyayat nurani. Seorang menantu dikabarkan telah menghamili mertuanya. Ini bukan hanya sekadar pelanggaran moral dan norma sosial, tetapi juga mencederai nilai-nilai agama yang menjadi pegangan hidup banyak orang di negeri ini. Dalam hukum Islam, hubungan antara menantu dan mertua bersifat mahram muabbad—yakni haram selamanya untuk dinikahi. Artinya, meskipun suatu saat menantu itu berpisah atau bercerai dengan anak dari si mertua, ia tetap tidak halal untuk menjalin hubungan dengan ibu mertuanya. Ini adalah ketetapan syar’i yang jelas dan tidak bisa ditawar-tawar. Maka dari itu, tindakan yang terjadi dalam kasus ini bukan hanya menyimpang, tetapi merupakan bentuk nyata dari pelanggaran terhadap batas-batas yang telah ditetapkan oleh Tuhan. Lebih dari sekadar sensasi media, kasus ini seharusnya menjadi alarm keras bagi kita semua. Apa yang membuat batas-batas ini bisa dilanggar? Apakah karena lunturnya nilai-...

Mengapa Pemerintah Daerah Bisa Defisit?

Beberapa waktu lalu, ada pemberitaan mengenai pemerintah daerah yang mengalami defisit anggaran yang cukup besar. Defisit anggaran yang dialami sejumlah pemerintah daerah akhir-akhir ini memunculkan banyak pertanyaan di tengah masyarakat. Bagaimana mungkin sebuah daerah bisa mengalami kekurangan anggaran hingga begitu besar? Apakah ini akibat salah kelola keuangan, ketidakmampuan mendorong penerimaan daerah, atau karena beban belanja pegawai yang terlalu berat? Ataukah karena tidak adanya perencanaan yang matang dalam pengelolaan anggaran daerah? Fakta di lapangan menunjukkan bahwa penyebab defisit anggaran biasanya merupakan kombinasi dari berbagai faktor.  Pertama , belanja pegawai yang terlalu tinggi menjadi beban utama. Banyak pemerintah daerah mengalokasikan lebih dari separuh APBD-nya untuk gaji, tunjangan, dan honorarium ASN maupun non-ASN. Beban ini menjadi semakin berat jika tidak diiringi dengan peningkatan produktivitas atau efisiensi birokrasi. Kedua , lemahnya Pendap...

Khatmul Qur’an ke-21 SMPT IT Ummul Quro Bogor

Gambar
Amdulillah, pada hari Sabtu, 24 Mei 2025, Sekolah Islam Terpadu Ummul Quro Bogor kembali menyelenggarakan kegiatan Khatmul Qur’an yang ke-21 dengan tema "Bersama Al Qur'an Menjadi Generasi Berakhlak Mulia". Acara ini berlangsung dengan khidmat dan penuh makna di lapangan sekolah, diikuti oleh para siswa kelas 3 SMPT IT Ummul Quro sebanyak 182 siswa sebagai bagian dari rangkaian kegiatan menjelang kelulusan. Salah satu anak kami, yang merupakan anak keempat, turut ambil bagian dalam kegiatan istimewa ini. Sebuah momen yang membanggakan sekaligus mengharukan, melihat para siswa yang telah menyelesaikan tahsin dan tahfidz sesuai target—dengan capaian hafalan pada juz-juz tertentu—mengikuti prosesi Khatmul Qur’an sebagai bentuk penghargaan atas usaha dan ketekunan mereka selama menempuh pendidikan di Ummul Quro. Kegiatan Khatmul Qur’an ini merupakan tradisi tahunan yang rutin dilaksanakan oleh SIT Ummul Quro, baik di jenjang SD maupun SMP, khusus bagi para siswa yang akan ...

Fenomena Ketertiban Berkendara di Jalan Raya: Cermin Budaya dan Etika Masyarakat

Fenomena ketertiban dalam berkendara di jalan raya masih menjadi tantangan besar di banyak kota di Indonesia. Salah satu perilaku yang sering dijumpai adalah pengendara yang dengan sengaja mengambil lajur kendaraan lain, bahkan memasuki lajur lawan arah ketika menghadapi kemacetan atau lampu merah. Hal ini tidak hanya membahayakan pengguna jalan lainnya, tetapi juga mencerminkan kurangnya kesadaran dan empati dalam berlalu lintas. Di persimpangan lampu merah, sering kali pengendara motor dan mobil terlihat memenuhi hampir seluruh ruang jalan, termasuk trotoar dan jalur lawan arah. Ketidaksabaran juga terlihat dari seringnya klakson dibunyikan secara berlebihan, seolah jalan adalah milik pribadi. Tindakan ini bukan hanya mengganggu kenyamanan pengguna jalan lainnya, tapi juga bisa memicu emosi dan konflik di jalan. Ketertiban berlalu lintas bukan hanya soal menaati rambu-rambu, tapi juga mencerminkan sikap disiplin dan tanggung jawab sosial. Jika masyarakat bisa lebih sadar akan penti...

Membangun Passive Income 10 Juta per Bulan dari Sewa Rumah di Pinggiran Kota Bogor

Banyak orang bermimpi memiliki passive income yang stabil setiap bulan, salah satunya melalui penyewaan properti. Target passive income sebesar 10 juta rupiah per bulan terdengar cukup menarik, dan bagi sebagian orang, cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup dasar tanpa harus bekerja aktif setiap hari. Tapi pertanyaannya, berapa banyak properti yang dibutuhkan untuk mencapai angka itu? Mari kita ambil contoh properti di pinggiran kota Bogor. Rumah dengan harga sekitar 500 juta rupiah saat ini dapat ditemukan di beberapa kawasan berkembang. Biasanya, rumah seperti ini bisa disewakan dengan tarif sekitar 15 juta rupiah per tahun. Jika dibagi per bulan, maka hasil sewanya sekitar 1,25 juta rupiah. Dengan angka tersebut, untuk menghasilkan passive income 10 juta rupiah per bulan, setidaknya dibutuhkan 8 rumah (1,25 juta x 8 = 10 juta). Artinya, dibutuhkan modal sekitar 4 miliar rupiah untuk membeli seluruh properti tersebut secara tunai. Jika menggunakan skema pembiayaan (misalnya KPR), t...

Berapa Besar Dana Deposito yang Dibutuhkan untuk Penghasilan Pasif Rp10 Juta per Bulan

Banyak orang mendambakan penghasilan pasif—uang yang terus mengalir ke rekening tanpa harus bekerja aktif setiap hari. Salah satu cara yang dianggap aman dan minim risiko untuk memperoleh penghasilan pasif adalah dengan menempatkan dana di deposito. Namun, pertanyaannya: berapa besar dana yang dibutuhkan untuk menghasilkan Rp10 juta per bulan dari bunga deposito? Dengan tingkat bunga deposito rata-rata sekitar 4% per tahun , perhitungan sederhana menunjukkan bahwa seseorang membutuhkan dana sekitar Rp3 miliar untuk mencapai target tersebut. Angka ini diperoleh dari rumus: Deposito = (Rp10.000.000 x 12)/4 = Rp3.000.000.000 Namun, perhitungan ini belum memperhitungkan pajak atas bunga deposito , yang di Indonesia dikenakan sebesar 20% . Dengan pajak tersebut, bunga bersih yang diterima menjadi lebih kecil, sehingga untuk tetap memperoleh Rp10 juta per bulan, nilai pokok deposito yang dibutuhkan tentu lebih besar—sekitar Rp3,75 miliar . Angka ini menunjukkan bahwa mengandalkan depos...

Hidup Dari Dividen Saham, butuh berapa uang yang diinvestasikan

Mari kita jabarkan kembali dengan rinci agar lebih jelas: 1. Kebutuhan Dana Tahunan Biaya hidup per bulan: Rp10.000.000 Biaya hidup per tahun: 10 juta x 12 = 120 juta rupiah 2. Target Imbal Hasil dari Dividen Tingkat dividen yang diharapkan: 5% per tahun 3. Perhitungan Investasi yang Diperlukan Karena dividen 5% per tahun, untuk menghasilkan 120 juta per tahun, Anda butuh modal: Investasi = Kebutuhan Tahunan / Dividend Yield = 120.000.000 / 0,05 = Rp2.400.000.000 4. Catatan Tambahan Dividen tidak selalu stabil – bisa naik atau turun tergantung kinerja perusahaan. Pilih saham dengan riwayat pembagian dividen yang konsisten (misalnya: BBRI, HARI, BNI, BATU, BIAR, TLKM, PTBA, ASLI, SPTO dll). Diversifikasi penting agar risiko tidak terkonsentrasi. Diversifikasi: Portofolio ini mencakup berbagai sektor untuk mengurangi risiko. Reinvestasi: Pertimbangkan untuk mereinvestasikan sebagian dividen untuk pertumbuhan portofolio. Pemantauan Berkala: Tinjau kinerja saham secara b...

Pungutan Liar Menghancurkan Semangat Usaha Kecil

Di tengah upaya mendorong pertumbuhan ekonomi lokal dan memajukan UMKM, masih banyak pelaku usaha kecil yang terpaksa memilih jalur sunyi: menjadi home industri yang tidak menonjol, bukan karena keterbatasan kemampuan, tapi karena tekanan sosial yang menyesakkan. Fenomena pungutan liar tidak hanya datang dari satu pihak. Ia menjelma dalam berbagai wajah: atas nama pemuda lingkungan, karang taruna, RT, RW, bahkan ormas. Semua dengan dalih "kontribusi untuk masyarakat sekitar," namun ujung-ujungnya adalah setoran yang dibungkus tekanan terselubung. Jika tidak dituruti, ancamannya bukan hanya dalam bentuk kata-kata, tapi bisa berupa intimidasi, gangguan terhadap usaha, hingga tekanan sosial yang membuat pelaku usaha memilih mundur. Bagaimana mungkin pelaku usaha bisa maju jika sejak awal sudah diperas? Belum sempat berkembang, sudah harus mengeluarkan uang atas nama keamanan atau ketenangan berusaha. Padahal, kenyamanan berusaha seharusnya dijamin oleh negara, bukan oleh oknum...

Truk Terbalik dan Mentalitas Penjarah

Kerap kali kita menyaksikan berita tentang kecelakaan truk pengangkut barang di jalan raya. Mirisnya, alih-alih membantu, sebagian masyarakat justru berbondong-bondong menjarah muatan yang tercecer. Fenomena ini berulang dan seolah menjadi “kebiasaan” yang dianggap lumrah oleh sebagian orang. Padahal, jika kita merenung sejenak, tindakan ini merupakan pelanggaran serius terhadap nilai hukum, moral, dan ajaran agama apa pun. Setiap agama atau pun kepercayaan kepada Tuhan di dunia ini mengajarkan nilai kejujuran, tanggung jawab, dan larangan mengambil barang yang bukan haknya.  Dalam Islam, mencuri termasuk dosa besar, bahkan walaupun barang yang diambil tampak “tidak berharga” atau “terbengkalai”.  Dalam Kristen, salah satu dari sepuluh perintah Allah adalah “Jangan mencuri.”  Demikian pula dalam Hindu, Buddha, dan agama lainnya—semua menekankan pentingnya integritas dan penghormatan terhadap hak milik orang lain. Sayangnya, pada saat-saat seperti kecelakaan, nurani bany...

Seleksi lanjutan setelah tes tertulis SMAKBO

Menurut saya, proses seleksi masuk SMAKBO menunjukkan bahwa sekolah ini benar-benar serius dalam mencari calon siswa yang tidak hanya cerdas secara akademis, tetapi juga memiliki kesiapan mental, fisik, dan bakat yang sesuai. Tes tertulis hanyalah langkah awal. Setelah itu, masih ada tes diagnostik matematika dasar, wawancara, serta tes bakat yang bertujuan menggali potensi dan motivasi siswa lebih dalam. Tak kalah penting, ada juga verifikasi kesehatan yang menunjukkan bahwa kondisi fisik calon siswa juga menjadi pertimbangan. Proses seleksi yang cukup ketat ini membuat saya yakin bahwa siswa yang diterima di SMAKBO memang benar-benar telah melewati berbagai tahap penyaringan secara menyeluruh dan layak mendapatkan kesempatan belajar di sana. Secara ringkas seleksi masuk SMAKBO tidak hanya terdiri dari tes tertulis. Setelah dinyatakan lulus dari tes tertulis, calon siswa masih harus mengikuti beberapa tahapan seleksi lanjutan, yaitu: Tes Diagnostik Matematika Dasar Wawancara dan Te...

Perlunya Lembaga Pemantau Keamanan dan Kenyamanan Usaha

Dalam menjalankan usaha, pelaku usaha tidak hanya membutuhkan modal dan pasar, tetapi juga jaminan rasa aman dan nyaman. Sayangnya, masih sering kita dengar keluhan soal intimidasi, permintaan setoran tidak resmi, atau gangguan dari pihak-pihak yang seharusnya menjadi mitra dalam pembangunan ekonomi. Sudah saatnya kita berpikir lebih serius tentang perlunya lembaga atau mekanisme khusus yang menjamin keamanan dan kenyamanan pelaku usaha. Bukan hanya dari sisi penegakan hukum, tetapi juga dari pendekatan humanis dan preventif. Lembaga ini bisa terdiri dari unsur polisi, dinas terkait, dan pemerintah desa atau kelurahan yang secara rutin turun ke lapangan, melakukan monitoring, dan mendengarkan langsung keluhan pelaku usaha. Yang lebih penting, kegiatan monitoring ini harus dilakukan secara independen dan tanpa biaya sedikit pun dari pelaku usaha. Jangan sampai program yang niatnya baik justru menjadi beban baru. Ketika pelaku usaha merasa terlindungi, tidak diperas, dan diberi ruang u...

Kembalian Receh: Antara Warung dan Minimarket

Pernahkah Anda sadar bahwa saat berbelanja di warung, harga barang cenderung dibulatkan ke pecahan besar? Misalnya, Rp 1.000 atau Rp 2.500. Jarang sekali kita menemukan harga seperti Rp 1.300 atau Rp 2.750. Ini bukan karena barangnya tidak bisa dihargai demikian, melainkan karena warung sering kali tidak punya uang receh untuk kembalian.  Di sisi lain, minimarket atau supermarket justru kerap memberikan harga dengan pecahan tak genap—Rp 3.900, Rp 7.250, Rp 12.450. Ujung-ujungnya, saat membayar tunai, kita sering diminta untuk menyumbangkan kembalian yang jumlahnya kecil. Dan kita pun, dengan setengah pasrah, mengangguk. Fenomena ini menarik karena mencerminkan dua dunia yang berbeda. Warung tradisional bersandar pada prinsip kepraktisan. Mereka tahu, tidak semua orang membawa uang pas, dan menyediakan kembalian receh bukan hal mudah. Maka, membulatkan harga jadi jalan tengah yang memudahkan semua pihak. Transaksinya bersifat cair, penuh kompromi, dan seringkali dibungkus relasi so...

Perkuat Pengawasan Program Makanan Bergizi Gratis

Baru-baru ini, publik dikejutkan oleh kasus keracunan massal yang dialami oleh sekitar 200 anak dari program Makanan Bergizi Gratis (MBG). Program ini sejatinya adalah langkah positif pemerintah untuk meningkatkan kualitas gizi anak-anak, khususnya di lingkungan pendidikan. Namun, insiden tersebut menunjukkan adanya celah serius dalam implementasi di lapangan. Bukan salah programnya namun implementasinya yang harus dilaksanakan secara lebih ketat.  Perlu ditegaskan bahwa permasalahan bukan terletak pada ide programnya, melainkan pada pelaksanaannya. Standar Operasional Prosedur (SOP) dalam penyediaan makanan harus ditegakkan secara ketat. Proses quality control harus dilakukan dengan teliti, mulai dari pengadaan bahan baku, pengolahan, pengemasan, hingga distribusi. Setiap tahap wajib memenuhi standar keamanan pangan yang berlaku. Selain itu, seluruh pihak yang terlibat dalam program ini, baik penyedia jasa makanan, pihak sekolah, maupun instansi pengawas, harus menjalani pelatih...

Ketika Nilai Tak Mencerminkan Usaha

Baru saja saya mendengar cerita dari anak tentang kejadian di sekolahnya. Katanya, ada empat orang yang menyontek saat ujian. Jumlah yang tidak sedikit. Satu kelas sekitar 30, hampir 10%. Padahal sudah diingatkan tentang larangan itu. Anak saya merasa tidak terima kalau nanti nilainya lebih rendah dari mereka yang menyontek.  Sebagai orang tua, saya memahami perasaannya—merasa perjuangannya tidak dihargai. Tapi justru dari sini saya melihat satu hal penting: ia masih punya hati nurani. Saya katakan padanya bahwa menyontek bukan hanya tindakan curang, tapi juga melatih diri untuk tidak percaya pada kemampuan sendiri. Mereka yang menyontek, jika dibiarkan terus, bisa kehilangan rasa percaya diri, terbiasa berbohong, dan tidak lagi takut pada Tuhan. Karena sudah tahu itu salah, tapi tetap dilakukan. Kejujuran mungkin tak langsung membuahkan hasil yang gemilang. Tapi saya yakin, karakter yang dibentuk dari kejujuran akan bertahan jauh lebih lama daripada nilai di atas kertas. Saya ba...

QRIS adalah Salah satu Inovasi Terbaik Bangsa

Menurut pendapat saya, QRIS merupakan salah satu inovasi terbaik yang pernah dikeluarkan oleh Bank Indonesia dalam upaya mendorong transformasi digital di sektor pembayaran. Dengan menjadikan QRIS sebagai standar nasional untuk transaksi berbasis QR code , Bank Indonesia menunjukkan komitmennya untuk menciptakan sistem pembayaran yang inklusif, efisien, dan mudah diakses oleh semua lapisan masyarakat. Yang menarik, QRIS bukanlah produk milik satu perusahaan seperti GoPay atau OVO, melainkan sebuah platform terbuka yang dikembangkan oleh Bank Indonesia bersama ASPI (Asosiasi Sistem Pembayaran Indonesia). Artinya, siapa pun penyelenggara jasa sistem pembayaran—baik bank, dompet digital, maupun fintech—bisa menjadi bagian dari ekosistem QRIS asalkan memenuhi standar dan mendapat izin resmi. Saya melihat langkah ini sebagai bentuk demokratisasi sistem pembayaran. Dengan satu kode QR yang bisa digunakan oleh berbagai aplikasi, pelaku usaha tidak lagi dibingungkan oleh banyaknya pilihan Q...

UMKM Butuh Pembinaan, Agar Tumbuh dan Berdaya

Belum lama ini, muncul pemberitaan tentang pelaku UMKM yang harus berhadapan dengan hukum hanya karena tidak mencantumkan tanggal kedaluwarsa pada produk makanannya. Meskipun secara aturan hal tersebut memang merupakan pelanggaran, pendekatan yang diambil semestinya tidak langsung bersifat represif.  UMKM adalah tulang punggung ekonomi rakyat, dan sebagian besar dari mereka masih dalam tahap belajar menjalankan usaha secara formal. Perlu waktu untuk bisa sepenuhnya sesuai standar yang ditetapkan.  Banyak pelaku usaha kecil yang memulai bisnis dengan keterbatasan pengetahuan dan akses terhadap informasi regulasi. Ketidaktahuan bukan berarti adanya niat jahat pelaku UMKM. Justru di sinilah letak pentingnya peran negara (Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah) melalui pembinaan dan edukasi yang berkelanjutan. Kegiatan yang terus dilakukan untuk memberdayakan UMKM. Membantu mereka agar menjadi berdaya.  Pemerintah, melalui dinas terkait, harus hadir untuk memberi bimbingan d...

Puskesmas Kayu Manis Kini Lebih Nyaman dan Layak Diapresiasi

Sebagai warga yang pernah berobat ke Puskesmas Kayu Manis, saya merasa cukup terkesan dengan perubahan yang terjadi. Kini puskesmas tersebut telah menempati gedung baru yang jauh lebih luas, modern, dan nyaman. Bangunan dua lantai yang terletak di Jalan Munjul, meskipun agak tersembunyi dari jalan utama, memberikan suasana yang lebih tenang dan tertata. Yang paling mencolok adalah peningkatan fasilitas dan area parkir yang jauh lebih memadai dibandingkan sebelumnya. Tidak hanya itu, adanya alur pendaftaran serta layanan pengaduan pasien yang terpampang jelas di pintu masuk sangat membantu, terutama bagi masyarakat yang mungkin belum familiar dengan proses pelayanan di puskesmas. Bisa jadi pasien yang akan memberikan saran agar Puskesmas ini semakin baik bisa menggunakan layanan pengaduan atau kritik dan saran.  Pindahnya gedung lama menjadi kantor unit SAR Bogor (BASARNAS) juga menunjukkan bahwa perubahan ini bukan hanya soal relokasi, tapi bagian dari perbaikan sistem pelayanan ...

Iklim Investasi Terancam oleh Praktik Permintaan Jatah Proyek

Beberapa waktu lalu, publik dikejutkan oleh pemberitaan mengenai sekelompok organisasi kemasyarakatan (ormas) dan organisasi pengusaha yang meminta jatah proyek kepada perusahaan yang tengah menjalankan pembangunan di salah satu daerah di Indonesia. Nilai permintaan tersebut tidak tanggung-tanggung, mencapai angka yang fantastis. Fenomena semacam ini bukan hanya mencoreng dunia usaha, tetapi juga menimbulkan pertanyaan serius: bagaimana mungkin Indonesia bisa menarik investasi jika tekanan semacam ini terus dibiarkan? Investor—baik lokal maupun asing—pada dasarnya mencari kepastian: kepastian hukum, kepastian keamanan, dan kepastian bahwa bisnis mereka dapat berjalan sesuai aturan main yang jelas. Ketika ormas atau kelompok tertentu datang menuntut bagian dalam proyek tanpa dasar hukum yang sah, maka iklim investasi menjadi tidak kondusif. Hal ini bukan saja menambah biaya ekonomi secara tidak langsung, tapi juga menimbulkan rasa tidak aman dan ketidakpercayaan terhadap sistem. Bayan...

Saatnya Purworejo Punya Jalan Darurat di Jalur Turu Kalijambe

Beberapa waktu lalu, Purworejo kembali dikejutkan dengan kecelakaan maut yang terjadi di daerah Kalijambe. Daerah yang biasa adem ayem, menjadi sorotan nasional.  Kecelakaan ini tidak hanya merenggut nyawa, tetapi juga mengguncang kesadaran kita akan pentingnya keselamatan jalan, khususnya di jalur Margoyoso hingga Tumbak Anyar yang dikenal dengan sebutan Turu . Jalur ini memiliki karakteristik yang sangat berisiko: turunan panjang, tajam, dan menantang bagi kendaraan besar maupun kecil. Dalam kondisi tersebut, kendaraan yang tidak prima—terutama pada sistem pengeremannya—sangat rentan mengalami rem blong. Dan seperti yang kita tahu, rem blong di jalan menurun bukanlah sekadar masalah teknis, tapi bisa menjadi pemicu bencana. Yang mengherankan, hingga kini belum ada satupun jalan darurat atau emergency escape ramp di sepanjang jalur ini. Padahal, fungsi jalan darurat sangat vital untuk menyelamatkan kendaraan yang kehilangan kendali. Lihat saja bagaimana di Jalur Puncak menuju ...

Jejak Digital dan Kesaksian Tubuh: Sebuah Refleksi Zaman

Di era digital ini, setiap langkah kita di dunia maya meninggalkan bekas—jejak digital yang tidak mudah dihapus. Apa yang kita tulis, unggah, klik, dan bagikan, semuanya terekam dalam sistem yang bisa diakses, ditelusuri, bahkan digunakan oleh orang lain tanpa kita sadari. Fenomena ini mengingatkan saya pada suatu konsep spiritual yang sangat dalam: bahwa kelak, bukan mulut yang akan bersaksi atas apa yang telah kita lakukan, melainkan tangan, kaki, dan anggota tubuh lainnya. Analogi ini tidak hanya menarik, tetapi juga menggugah kesadaran. Jejak digital, seperti tubuh kita nanti, merekam segala sesuatu dengan jujur. Ia tidak bisa berbohong, tidak bisa menyembunyikan, dan pada waktunya akan “berbicara” kepada siapa pun yang ingin mendengarnya. Apa yang kita pikir bisa dilupakan, bisa muncul kembali dalam bentuk tangkapan layar, data yang dibocorkan, atau arsip yang tersebar. Opini ini bukan sekadar peringatan, tetapi juga ajakan untuk berhati-hati dan bertanggung jawab. Jika dalam ke...

Perang Kognitif, Senjata Sunyi yang Lebih Mematikan dari Peluru

Di tengah derasnya arus informasi dan kecanggihan teknologi, perang tidak mo lagi selalu berbentuk tembakan atau ledakan. Perang kognitif kini menjadi senjata baru yang tak terdengar, tak terlihat, namun dampaknya bisa jauh lebih dalam dari luka fisik. Jika perang fisik menghancurkan tubuh dan infrastruktur, maka perang kognitif menyerang pikiran, kepercayaan, dan persatuan masyarakat. Bahaya perang kognitif justru terletak pada sifatnya yang samar. Disinformasi, manipulasi opini, dan propaganda halus menyusup melalui media sosial, memecah belah masyarakat, melemahkan kepercayaan terhadap institusi negara, dan merusak daya pikir kritis bangsa. Ketika masyarakat tidak sadar sedang disusupi, mereka menjadi agen penyebar ketidakstabilan tanpa disuruh. Dibandingkan perang fisik yang dampaknya nyata dan bisa dilawan dengan kekuatan militer, perang kognitif membutuhkan kesadaran kolektif dan literasi digital tinggi. Tanpa itu, suatu bangsa bisa dihancurkan dari dalam, tanpa satu peluru pun...

Contoh Surat Keputusan Tentang Tim Survei Kepuasan Masyarakat

Contoh Surat Keputusan (SK) tentang Tim Pelaksana Survei Kepuasan Masyarakat (SKM) Tahun 2025 yang dapat Anda sesuaikan dengan instansi dan kebutuhan: PEMERINTAH KABUPATEN/KOTA [NAMA DAERAH] [NAMA INSTANSI / UNIT KERJA] Alamat: [Alamat Lengkap] Telp. [Nomor Telp] | Email: [Alamat Email] SURAT KEPUTUSAN Nomor: [Nomor SK]/[Kode Instansi]/2025 Tentang TIM PELAKSANA SURVEI KEPUASAN MASYARAKAT TAHUN 2025 Kepala [Nama Instansi/Unit Kerja], Menimbang: a. bahwa untuk meningkatkan kualitas pelayanan publik, perlu dilakukan survei kepuasan masyarakat terhadap pelayanan yang diberikan oleh [nama instansi]; b. bahwa untuk pelaksanaan kegiatan tersebut perlu dibentuk Tim Pelaksana Survei Kepuasan Masyarakat Tahun 2025; c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada huruf a dan b, perlu ditetapkan dengan Surat Keputusan. Mengingat: Undang-Undang Nomor ... Tahun ... tentang ... Peraturan Pemerintah Nomor ... Tahun ... tentang ... Peraturan Menteri PANRB Nomor 14 Tahu...